Tuesday, August 25, 2015

Middle Earth Trip: Day 7

Pagi-pagi bangun terus sarapan, pake indomie gelas aja gitu. Sebelum matahari terbit kami udah checkout dan geret-geret koper ke halte bus di Athol Street. Hari ini adalah perjalanan ke Christchurch via Mt.Cook. Jam 7.30 dijadwalkan busnya berangkat dari Athol Street.


Waktu kami menunggu bus di halte tersebut, ternyata bus yang standby untuk keberangkatan jam segitu ada beberapa. Ada yang ke arah Milford Sound, ada yang ke Christchurch tapi gak lewat Mt.Cook, dan ada bus kami: Christchurch via Mt.Cook.

Selamat pagi Queenstown!
Setelah berangkat dari halte Athol Street, kami menjemput beberapa penumpang lain ke beberapa penginapan, kemudian berangkat dari Queenstown. Guide kami hari ini bernama Bryan dengan asistennya ibu-ibu Jepang yang aku lupa siapa namanya.


Dari seluruh perjalanan kami dengan Intercity Group, Bryan adalah guide yang paling ramah, sedikit lebih ramah dari John (first leg of our Franz Josef-Queenstown bus trip). Dia banyak cerita dan topiknya juga bermacam-macam. Dari mulai domba shrek, desa yang isinya hanya 12 orang, politik, sampai joke OZ-NZ.


Jones Family Fruit Stall
Pemberhentian pertama adalah Jones Family Fruit Stall yang sudah kami singgahi dalam perjalanan menuju Queenstown. Setelah jalanan mulai menanjak dan berbelok-belok menuju ke Lindis Pass. Sebenernya dari tadi di tepian Kawarau Gorge juga sudah berbelok-belok siy, tapi gak terlalu naik turun dibandingkan jalan menuju Lindis Pass. Lindis Pass ini adalah jalan dengan elevasi tertinggi di Pulau Selatan (971 m di atas permukaan laut). Sedikit lebih tinggi dari jalan yang menuju ke Milford Sound.   


Memasuki Lindis Pass, pemandangannya kayak di planet lain. Kalau dari kemarin-kemarin pemandangannya Sound of Music (gunung, salju, dan pepohonan) yang terlihat segar, yang di Lindis Pass ini pemandangannya gunung dan salju tapi terlihat gersang. Kayak gak ada kehidupan gitu…


Lindis Pass
Setelah melewati Lindis Pass, kami melewati Tarras. Menjelang Tarras, Bryan bercerita tentang Shrek, seekor domba dari daerah Tarras yang bertahun-tahun berhasil menghindar untuk gak dicukur, sehingga ketika dia ditemukan (sebelum menjadi tenar), bentuknya sudah seperti buntelan wool besar. Shrek jadi tenar di seantero NZ sampai pada tahun 2011 dia terpaksa disuntik mati karena usia lanjut.


Setelah melewati Tarras, kami singgah di Omarama, tepatnya di Merino Country Cafe. Kami hanya melihat-lihat souvenir dan foto-foto saja, gak pake snacking karena masih kenyang. Aku sempat melihat-lihat es krim Tiptop yang dijual di cafe, sempet heran… siapa ya mau makan es krim di cuaca dingin gini?


Merino Country Cafe
Kami jalan lagi, terus ketika memasuki daerah Twizel, aku merasa seperti memasuki Pelennor Fields. Warna rumputnya… bentuk lembahnya… gunung-gunung di sekitarnya… yang kurang cuman tentara Rohan, tentara Gondor, tentara Haradrim, Orcs, Mumakil,  ternyata banyak kurangnya ya? Peperangan di  Pelennor Fields sebagian memang diambil gambarnya di Twizel itu.


Lake Pukaki
Di Twizel ini, bis belok ke kiri menuju ke arah Mt.Cook. Pemandangan di sebelah kanan kami adalah Lake Pukaki. Warna airnya hijau telor asin jernih, karena mengandung glacial flour. Somehow, Lake Pukaki ini kelihatan familiar. Setelah browsing di BB, baru tahu kalau ternyata pinggiran Lake Pukaki ini jadi salah satu lokasi yang jadi pinggiran Lake Town di The Hobbit: Desolation of Smaug! Haa!! Another Middle Earth location!


Aoraki / Mt.Cook
Sebelum sampai ke Mt.Cook Village, kami singgah dulu di lookout point untuk mengambil gambar Lake Pukaki dengan latar belakang Aoraki/Mt.Cook. Kata Bryan kami cukup beruntung, karena hari itu bisa melihat puncak Aoraki Mt.Cook yang biasanya tertutup awan. Pemandangan Lake Pukaki dengan latar belakang Aoraki Mt.Cook benar-benar mengingatkan pada Long Lake dan Lonely Mountain. Eh sebenernya sebaliknya sih….


Yang ini turis lagi ambil foto Aoraki / Mt.Cook
Kami singgah di The Hermitage, hotel mewah di kaki Aoraki Mt.Cook, puncak tertinggi di New Zealand. Konon hotel ini adalah tempat favorit dari Sir Edmund Hillary (penakluk puncak Everest pertama yang tercatat dalam sejarah), mengingat lokasinya yang sangat dekat dengan puncak tertinggi di New Zealand. Saat ini, di hotel itu ada museum yang didedikasikan untuk Sir Edmund Hillary.  


Jika cuaca dan kantong memungkinkan, kita bisa mengambil tur opsional naik helikopter ke atas Aoraki Mt.Cook. Waktu singgahnya mencukupi untuk itu. Tapi hari itu gak ada yang berminat untuk melakukan tur helikopter tersebut, jadi hanya makan siang saja.


Great Sights/Intercity Group sebenarnya menyediakan opsi untuk buffet lunch di The Alpine Restaurant, salah satu restorannya The Hermitage. Harga buffet lunch per orang adalah sebesar NZD52!! Karena menurutku harganya gak masuk akal, aku gak pesan opsi buffet lunch tersebut. Berharap selain buffet lunch, ada cafe lain ataupun bisa pesan menu ketengan. Kalau ternyata gak ada cafe lain, ya kami akan makan bekal berupa pie daging yang semalam aku beli di Queenstown. Ternyata… sebagian besar penumpang bis lainnya juga tidak memesan buffet lunch tersebut, dan memang ada cafe lain, namanya Sir Edmund Hillary Cafe and Bar.  

Kumara Soup
Kami makan di Sir Edmund Hillary Cafe and Bar, lokasinya persis di atas museum Sir Edmund Hillary dan menghadap ke puncak Aoraki Mt.Cook. Menu yang kami pesan siang ini awalnya adalah Kumara Soup (buat aku, meskipun aku gak ngerti sebenernya Kumara itu benda apa) dan Beef Sandwich (buat Omla). Karena habis itu masih lapar, habis itu pesan lagi Yoghurt dan Muesli (buat aku) + Kumara Soup (buat Omla). Semuanya hanya menghabiskan NZ27. Udah kenyang-nyang-nyang…. Emang perut kami mudah terkenyangkan, untungnya Omla gak butuh nasi untuk menjadi kenyang, jadi gak pusing nyari makanan di negeri orang. Aku sempet melirik ke meja tetangga yang berisi sepasang orang bule… masing-masing orang memesan 1 bunderan Pizza, tipis kering sih, tapi kayaknya ukurannya minimal ekivalen yang reguler di pizza hut. Ngeliat aja udah ikut jadi kekenyangan….


Btw, Kumara ternyata adalah ubi atau sweet potato. Di NZ termasuk makanan pokok yang cukup populer. Jaman dulu kumara dimasak secara tradisional di dalam Hangi Oven.

Puncak Aoraki / Mt.Cook tertutup awan
Habis makan, terus kami foto-foto di samping patung Sir Edmund Hillary. Seharusnya kami bisa melihat Aoraki/Mt.Cook dengan lebih dekat di depan The Hermitage itu, tapi sayangnya tadi ketika kami tiba di parkiran The Hermitage, awan yang semula malu-malu jadi menutupi puncak Aoraki/Mt.Cook.


Setelah itu bis melanjutkan perjalanan lagi, ibu-ibu jepang yang jadi asistennya Bryan aplusan di situ, digantikan dengan ibu-ibu lain yang aku juga lupa namanya. Beberapa penumpang ada yang turun di situ, dan ada juga penumpang yang baru naik. Kami sempat mampir ke hostel yang berada di dekat The Hermitage untuk menjemput penumpang.

Church of the Good Shepherd, Lake Tekapo 


Next destination adalah Lake Tekapo. Sebelum lepas dari tepi Lake Pukaki, aku masih sibuk ngambil foto Aoraki Mt.Cook yang kembali muncul dari balik awan. Gak puas-puas ngeliat warna biru telor asin Lake Pukaki.


Patung Anjing Collie
Gak lama, kami singgah di tepi Lake Tekapo untuk melihat (dan tentu saja berfoto) di Church of The Good Shepherd dan patung anjing collie. Patung anjing tersebut adalah untuk menghargai jasa-jasa anjing ras collie yang telah berjasa untuk perkembangan Mackenzie Country. Yaa… tentu saja anjing tersebut banyak yang bertugas menjadi penggembala domba.  


Waktu jalan lagi dari Lake Tekapo, aku tiba-tiba pengen makan es krim!! Hahaha…. tadi di Omarama sempet heran liat es krim, sekarang malah pengen makan es krim. Jadi aku bertekad di pemberhentian berikutnya aku mesti beli es krim (kalo ada).


Pemberhentian berikutnya adalah di Geraldine, tapi sebelumnya kami sempat melewati desa kecil yang berisi orang Perancis. Penduduknya hanya 12 orang, dan di desa itu ada lebih dari 1 art gallery. Bryan bilang kalo lewat desa itu biasanya sepi banget. Baru aja dia ngomong begitu, ternyata bus kami melewati orang yang sedang berdiri di pinggir jalan. Bryan langsung komentar: Wah! Ternyata kita beruntung hari ini, bisa ketemu orang di desa ini!


Di Geraldine, kami singgah di Kiwi Country Cafe. Aku termasuk penumpang yang turun duluan dan langsung menggeruduk ke counter es krim!! Hahaha… Beli es krim boysenberry seharga NZD 2.50 lengkap dengan wafer cone-nya. Omla kemudian menyusul masuk ke cafe dan membeli Cappuccino. 

Boysenberry Ice Cream, Kiwi Country Cafe
Setelah kenyang makan/minum dan melihat-lihat di toko souvenir, saatnya melanjutkan perjalanan. Kami melewati Canterbury Plains, daerah yang relatif datar. Menjelang Christchurch, kami melewati lagi daerah yang sudah kami lewati waktu pergi ke Edoras, termasuk jembatan panjang melintasi Rakaia River.


Karena kami request untuk diturunkan di hotel Sudima dekat Christchurch Airport, maka kami jadi penumpang pertama yang diantarkan ke tempat tujuan. Kami tiba di Sudima hotel sekitar jam 19.30. Langsung check in, masuk kamar sebentar, kemudian mencari makan di…. McDonalds… hahaha…. standar banget ya…Makanannya juga standar, hanya saja kali ini aku mencoba untuk minum Mountain Dew.  


Setelah itu kami kembali ke hotel untuk beristirahat, tapi sebelumnya aku mencoba untuk melakukan online check in ke Jetstar. Sayangnya baik Blekberi maupun Nokia-nya Omla gak compatible dengan web online check-in-nya Jetstar. Proses check-in terhenti sampai di bagian konfirmasi peraturan bagasi. Akhirnya aku mencoba melakukan online check-in dengan menggunakan Galaxy Tab (padahal gak ada koneksi internetnya). Terus gimana? Galaxy Tab-nya terconnect ke Nokia Omla via wifi! Alhamdulillah proses check in bisa dilakukan sampai tuntas. Dan kami pun bisa bobok dengan tenang…  

No comments: