Sunday, February 05, 2006

Singapore: Kawinan dan Perjalanan Pulang (1 Januari 2006)

Serba Instan
Pagi ini aku dapat giliran gak makan pagi di New Park Cafe, jadi menu makan paginya adalah Soupy Snax dan kentang Risotto. Tipikal orang Indonesia... cinta makanan instan.

Mustafa Center
Selesai makan pagi, kita jalan-jalan ke Mustafa Center yang terletak tepat di belakang hotel. Yang namanya M
ustafa Center itu dari luar kelihatannya kecil, tapi di dalamnya bok... ternyata gede banget. Mereka buka 24 jam sehari, 365 hari dalam setahun.


Jualannya macem-macem banget dengan harga yang relatif murah. Dari mulai perhiasan emas, elektronik, makanan, baju-baju, souvenir, obat-obatan, tas, alat-alat rumah tangga, bahkan ada sarung cap gajah duduk. Contohnya mug bergambar Merlion, di Lucky Plaza harganya S$8, sedangkan di Mustafa Center hanya S$4.50. Yang bikin ngiler, di sana banyak tersedia coklat berbagai merk dan rasa dengan harga bersaing. Yummy…

Setelah puas muter-muter dan kelaparan, akhirnya kita balik ke hotel untuk Check Out dan menitipkan barang di Concierge. Lobby hotel itu seperti tempat penimbunan koper. Kayaknya semua orang menitipkan barangnya di Concierge.

IMM, Jurong East
Setelah check out, kita langsung menuju IMM di Jurong East. Ternyata… lumayan juga harus jalan kaki agak jauh dari stasiun MRT ke mall-nya. IMM itu sejenis ITC Mangga Dua. Barangnya lebih murah-murah, di sana juga ada Giant. Tapi… rasanya sih variasi barang yang dijual sekarang gak sebanyak 5 tahun yang lalu. Dulu ada toko sepatu gede yang harganya oke, sekarang udah gak ada lagi.

Di sana kita makan siang di KFC. KFC di situ bergabung dengan Pizza Hut dan Taco Bell. Aku pesan Bean Buritto dan Spicy Flava (sejenis Hot n Crispy tapi ditambah dengan Sweet n Sour Sauce). Cukup unik juga.

Gak seperti dulu, kali ini di IMM ternyata gak ada yang menarik, selain Baby Eeyore Kecil dan Pineapple Pie-nya Old Chang Kee (sesuai rekomendasi Rama).

Clementi dan sekitarnya

Dari IMM, naik shuttle bus ke stasiun Jurong East lagi (wuah, paling enggak jadi gak perlu jalan kaki!), terus naik MRT ke stasiun Clementi. Di sana kita nunggu dijemput sama Rama.

Dari stasiun Clementi kita naik bis ke rumah Rama. Di sana ngemil dikit (Pie-nya Old Chang Kee), minum, ganti baju, dan dandan. Setelah itu diantar Rama lagi sampai ke halte bis, kemudian kita naik bis lagi ke rumah Iwan.
Bisnya double decker loh... (di Jakarta pun gak pernah naik bis tingkat...)

Kawinannya Iwan agak unik. Dilakukan dengan adat Jawa, dandanan mantennya, dekorasi pelaminannya, semuanya sesuai dengan adat Jawa, tapi makanannya Melayu (Spicy semua). Trus ada gamelannya (katanya sih dari perkumpulan orang Yogya yang tinggal di Singapore), sedangkan souvenirnya didatangkan langsung dari Malang, berupa ukiran kaligrafi.

Dah gitu, kawinan di Indonesia itu tamunya salaman dulu sama manten, setelah itu baru makan. Di sana begitu datang kita makan dulu, setelah itu baru salaman dan foto sama mantennya. Habis itu baru boleh pulang. Agak canggung juga, abis gak tauk kebiasaannya gimana. Mana perut sudah kita isi penuh pula di IMM... karena memang lapar sejak jam ½ 12 tadi, terus juga gak yakin bakalan cocok sama masakannya. Ternyata emang makanannya spicy semua kan...

S
ekitar jam 5, kita meninggalkan rumah Iwan. Begitu masuk ke bis kota, BRESS...!!! hujan lebat turun... oh dear... ini dia perjalanan panjang di tengah hujan... Sampai di stasiun MRT Clementi, kita langsung naik MRT menuju ke Douby Ghout. Duh... MRT-nya penuh banget... Dari Douby Ghout terus oper ke arah Ferrer Park. Wuah... pegel juga rasanya... hampir sepanjang perjalanan gak kebagian tempat duduk, hiy... mulai agak-agak sakit pinggang neh...

Untungnya ketika kita sampai di Ferrer Park, sudah tidak hujan lagi. Kita pun jalan ke hotel lagi. Kemudian ganti pakaian di toilet hotel. Setelah itu memutuskan untuk naik taksi ke Changi, sudah terlalu teler untuk naik MRT. Porter yang bantu kita ngangkat barang ke taksi sepertinya dari Indonesia. Bahasa Indonesianya bagus banget, tapi kita gak sempet mengkonfirmasi.

Perjalanan Pulang
Perjalanan ke Changi memakan waktu kira-kira ½ jam, di dalam taksi aku tidur, dan baru terbangun waktu masuk kompleks Changi. Wah... ternyata dari New Park Hotel sampai dengan Changi menghabiskan biaya S$13.60.

Waktu turun dari taksi, kita sempet dibuat takjub oleh kepedulian pak supir taksi. Ndoro membayarkan sebesar S$14.00, dengan harapan sisanya bakal diambil oleh pak supir, ternyata 40 sen pun dia kembalikan. Sebenarnya itu adalah hal simple, tapi menunjukkan betapa si pak supir ini menyadari pentingnya service excellence, pokoknya jangan sampai konsumen dirugikan sepeser pun. Dah gitu, waktu dia melihat kita mulai mengangkat sendiri koper-koper dari bagasi, dia langsung panik sendiri dan melarang kita untuk ngangkat sendiri, bahkan kemudian dia juga mengambilkan kereta dorong.

Tiba di Changi kira-kira jam ½ 7 malam. Ada sesuatu yang kurang... ternyata di pintu masuk airport tidak ada Xray seperti layaknya di airport-airport di Indonesia. Kemudian kita langsung check-in di counter Garuda. Nah... di sini... yang namanya kartu ”Frequent Flyer” bener-bener ada artinya. Kalo punya GFF (Garuda Frequent Flyer) antreannya lebih sepi. Sedangkan kalo di Soekarno-Hatta, counter check-in khusus GFF justru lebih penuh dibandingkan yang biasa, saking banyaknya yang punya GFF.

Waktu yang harus dihabiskan lumayan panjang, karena pesawat kita, GA833, jadwal takeoff-nya jam 21.45. Akhirnya window shopping dulu, tapi lama-lama capek, dan jetlag. Jadi kita pun mencari tempat nongkrong yang menyediakan makanan ringan sesuai selera. Kita menemukan toko oleh-oleh khas Singapore, Singapore Premium Food Gifts, yang menyediakan menu roti Kaya dan minuman coklat, lengkap dengan tempat nongkrongnya. Lumayan lama juga nongkrong di situ.

Jam ½ 9 kita keluar dari kios itu... waktu melihat ke display Departure, tertulis bahwa GA8332 diundur menjadi 22.15, hmm.... delay ½ jam donk. Dan gate-nya dipindahkan jadi gate 31 (semula tertulis 35 di boarding pass). Karena gate 31 belum dibuka, kita nunggu di kursi-kursi yang ada di depan gate 31.

Jam 21.20 gate 31 baru dibuka. Kita sudah ngantre paling depan untuk checking barang, tapi... waktu aku memberikan boarding pass ke mbak-mbak petugas. Si mbak bilang bahwa kita salah masuk gate, penerbangan kita GA833, bukan GA8332. Seharusnya kita di gate 37. APA?! Jadi dari tadi kita salah sangka...!!! Kita pikir display Departure itu kelebihan ngetik angka 2, ternyata memang itu adalah penerbangan yang berbeda.

Begitu keluar dari gate 31, sambil berjalan ke arah gate 37 yang ternyata letaknya di ujung lain dari sayap itu, kita melihat ke display Departure lagi. Ternyata GA833 sudah terletak di urutan pertama dan statusnya sudah Gate Closing. WHHUUAAA!!!! Pesawat itu sama sekali gak di-delay...

LARI!!!! Maksudnya... aku menyuruh Ndulo dan Ndoro lari duluan, karena aku sudah terlalu ngantuk dan jetlag untuk lari-lari... sementara aku setengah lari sambil menggeret-geret koper yang kuncinya patah. Yaa... hari itu terpaksa membawa 1 koper ke dalam kabin, karena kuncinya patah dalam perjalanan Jakarta-Singapore.

Untungnya... di depan gate 37 para penumpang masih ngantre lumayan panjang. Wah gile... untung aja gak sampe ketinggalan pesawat. Kita emang gak teliti sih... tapi mereka juga error loh, di boarding pass kan ditulis gate 35, tapi ternyata sebenarnya di gate 37....hehehe....

Tapi... kok penumpangnya banyak banget ya? Kayaknya ruang tunggunya sudah penuh, tapi masih juga ada yang ngantre... Ternyata oh ternyata... setelah kita boarding, terjawab juga keherananku: pesawatnya Airbus bok... gak naik 737 seperti waktu berangkat.

Perjalanan gak terasa lama.
Menu makanan kali ini adalah ikan, tapi sudah gak selera makan, mungkin karena tadi sudah makan roti Kaya. Karena jetlag banget, aku minum sedikit anggur, maksudnya biar kalo bobok bisa nyenyak banget, tentu saja minumnya gak sampe mabok, meskipun jadi sedikit lebih berbahagia, cengar-cengir...

Mendarat di Jakarta, seperti biasa pada ke toilet dulu, terus ngantri di Imigrasi gak terlalu lama. Nah setelah itu.... nunggu koper. Entah gimana... koper ini luar biasa lama. Sudah kopernya gak kunjung keluar, sekalinya keluar juga jarang-jarang... padahal jumlah koper yang harus dikeluarkan kan banyak, namanya juga Airbus yang terisi penuh. Saking lamanya, aku sampe jongkok di pinggiran ban berjalan.

Setelah mendapatkan kembali kedua koper yang dimasukkan bagasi, kita pun keluar dari airport... oya, naik dulu ke lantai Keberangkatan....karena biasanya dijemput di sana. Wuah... karena liftnya keliatannya gak bisa diharapkan, ya sudah.... terpaksa angkat koper sambil naik tangga.

Perjalanan dari Airport ke rumah memakan waktu gak sampai ½ jam (biasanya minimal 1 jam, kalo lagi macet banget bisa 2-3 jam). Waaaahhh... Besok harus kembali lagi ke ”dunia nyata” bersama dengan data-data SAP yang kucintai!!