Friday, August 28, 2015

Middle Earth Trip: Day 12

Ini hari terakhir dari Middle Earth Trip kami.

Ayam New Zealand mestinya belum berkokok waktu kami turun ke lobby untuk cek out dan menunggu bus shuttle kuning yang katanya lewat tiap 1/2 jam sekali.

Mas-mas di lobby bilang bahwa pagi ini busnya lagi ada masalah jadi dia menyarankan untuk naik taksi aja terus aku tinggal kasihkan NZD 10 (2 × NZD 5) yang tadinya buat naik bus ke supir taksinya. Si mas-mas terus nelponin taksi.

Datanglah taksi dengan supir bapak-bapak berambut panjang. Kami segera memasukkan koper ke bagasi, terus berangkat dah kita. Perjalanannya ya cuma 5 menit, cuma 1.2 km. Kemarin sore juga jalan kaki sih... Cuman kalo sebelum subuh mesti jalan kaki sambil kedinginan, kok ya gimana gitu….

Si bapak taksi tanya emang pesawat kami jam berapa? Waktu aku bilang jam 6 dia heran kok jam segini (4.30) udah berangkat, pasti kami gak bisa tidur ya?

Haha... yaahh waktu nginep di airport hotelnya soetta yang tinggal ngesot aja jam 4 udah siap di depan loket untuk pesawat jam 5. Apalagi yg agak lebih jauh gini.

Si bapak kayak bingung gitu dikasih NZD 10. Entah kebanyakan atau kedikitan deh.

Bener aja kan. Sampai di loket check in, antrean udah panjang. Lagi-lagi untung udah web check in. Jadi tinggal nyetor koper aja. Banyak di antara para pengantre itu mahasiswa dari Indonesia, kayaknya abis ikut lomba robot.

Antrinya panjang ajaa... 
Setelah itu kami ke lantai atas. Aku belanja di Relay beli kaos kaki buat genk ibu-ibu BPS TI, Omla ke toilet.

Selesai urusan masing-masing, kami makan pagi dulu. Omla beli capucino dan beef black pepper pie, sedangkan aku beli apple pie-nya McD. Satu lagi sebelum balik ke Indonesia! Hidup apple pie!

Apple pie satu lagi sebelum balik ke Jakarta!
Kata Omla black pepper pienya gak seenak yg beli di Queenstown. Ihiy padahal yg di Queenstown itu udah diskonan (pasti di minimarketnya juga udah stok lama), sempet nginep beberapa hari pula. Beli hari Selasa, baru dimakan Jumat. Setelah keluar dari microwave aku endus-endus dulu untuk memastikan gak ada bau yg mencurigakan.

Cappuccino dan Black Pepper Beef Pie
Habis makan terus masuk imigrasi, terus Omla setoran pagi dulu. Aku nunggu di tengah-tengah deretan duty free shop sambil nonton permainan lighting di langit-langit terminal.

Duty Free Area
Setelah Omla kelar, kami masuk ke ruang tunggu. Sepertinya pesawatnya penuh, meskipun mahasiswa-mahasiswa Indonesia serombongan itu ternyata gak sepesawat sama kami. Mereka pakai pesawat yang lebih siang, mungkin karena gak pengen berkeliaran dulu di Sydney.

Gak lama, dipanggil untuk boarding. Terus pesawat pun mulai bergerak. Nah... harapanku adalah meskipun gak sempat naik Air NZ (untuk menekan budget), aku pengen ngeliat salah satu pesawat mereka yg seri The Hobbit. Ternyata pas lagi taxi, keliatan deh tu wajahnya Bilbo di salah satu pesawat yg lagi diparkir. Tentu saja langsung norak, sayang gak bisa moto dengan baik karena pesawatnya lumayan ngebut.

Pesawat kami takeoff, terus seperti biasa dibagikan makanan. Kali ini menunya sarapan. Aku pilih omelette sedangkan Omla pilih cereal. Dua-duanya enak.

Penerbangan selama 3 jam, kami sampai di Sydney sekitar jam 8 waktu setempat. Dengan proses keluar dari pesawat dan imigrasi, kami keluar dari airport jam 9. Si mas-mas yg di imigrasi bingung kami udah pegang boarding pass kok malah keluar. Setelah dijelasin mau jalan-jalan ke kota, baru dia ngeh trus komen ya ya kalian punya 5 jam, cukup banyak waktu untuk ke kota, pastikan aja baliknya gak telat.

Di bea cukai ada guguk juga, tapi bukan beagle pengendus makanan. Entahlah yang ini tugasnya apa.

Keluar dari bea cukai, kami langsung menuju stasiun kereta. Beli tiket pp ke downtown. AUD 68 buat berdua. Agak mahal sih emang, tapi ya kalau gak naik kereta takutnya gak terkejar waktunya.

1/2 jam kemudian kami sampai di Circular Quay dan langsung disuguhi pemandangan Opera House. Ini ketiga kalinya aku ke Sydney, tapi ternyata setiap ngeliat si Opera House itu tetep merasa terharu.

Harbor Bridge
Cuaca hari itu berawan dengan suhu yg nyaman. Katanya sekitar 24 derajat Celcius. Jadi aku bisa berkeliaran tanpa jaket.

Kami berfoto dan jalan-jalan mengelilingi Opera House. Sempat duduk-duduk di kursi yg menghadap ke teluk. Kemudian melanjutkan dengan jalan kaki di George St.

Sydney Opera House
Ada 1 pengalaman yg berbeda dari terakhir kali ke Sydney. Begitu masuk ke George St., kali ini langsung merasa di situ bau asep polusi. Trus suasana di Sydney jadi terasa kurang bersahabat. Mungkin Sydney-nya sih tidak berubah, tapi karena beberapa hari sebelumnya kami berada di NZ, yg daerah kampung pula, jadi langsung terasa perbedaan udara di Sydney dengan di NZ. Yaaa biar kata Sydney lebih bersih dari Jakarta, tetep aja kerasa polusi kalo dibandingkan sama NZ.

Salah satu sudut George St.
Kami jalan kaki sampai di depan Queen Victoria Building. Terus masuk ke mallnya untuk melihat-lihat bangunan jadul tersebut, dan dilanjutkan turun ke stasiun kereta City Hall. Dari City Hall kami naik kereta yang ke Airport lagi.

Queen Victoria Building
Sampai di airport pas jam makan. Pengen makan steak, tapi takut lama, padahal kami harus lewat ke Imigrasi lagi. Bener aja kan, ternyata aku nunggu lumayan lama di Imigrasi. Gak tahu deh, Omla kayaknya ada aja barang yang lupa untuk dikeluarin dari kantong sebelum lewat metal detector. Jadinya diminta untuk masuk ke scanner yang gede itu.

Selepas Imigrasi kami mampir ke Santos buat beli minum dan burghul salad. Lumayan buat ganjel sampe dapat makanan di pesawat nanti. Heheheh….

Sydney Airport Food Court after Burghul Salad
Selesai makan, kami pindah ke ruang tunggu. Aku ke toilet dulu, mau lepas legging dalaman, daripada ntar sampe di Jakarta dalam keadaan sumuk. Pas aku selesai dari toilet, liat antrean… lho ini pesawat apa? kok antreannya panjang bangeeett…? Emang udah dipanggil?

Setelah cek dan ricek, ternyata itu antrean penumpang pesawat ke Sao Paulo. Yang Jakarta belum disuruh ngantri. Gak lama setelah aku balik ke kursi, baru deh Jakarta dipanggil untuk boarding. Ngantre lah kami…. ternyata panjang juga.

Sambil ngantre aku sambil melirik-lirik ke vending machine. Sebenarnya aku masih lapar, siapa tahu ada keripik kentang yang bisa dibeli. Hahahaha…. tapi untungnya sampe masuk ke pesawat aku berhasil menahan diri untuk gak beli….

Kami dapat duduk di dekat jendela. Di depanku ada bule yang dengan seenaknya ngelempar bantalnya ke bawah kursi dia. Lhaaa…. kumaha sih mas? di bawah kursi elo tuh tempat kaki guee? Belakangan pas aku ngatur kaki sedemikian rupa, gak sengaja nendang sandaran kursi dia. Dianya marah, ya seperti biasa aku gak mau kalah. Well, you put your pillow in my legroom!

Apa yang aku suka dari bagian trip yang ini? Tentu saja makanannya…. Pucuk dicinta ulam tiba. Waktu pembagian makanan, ternyata semuanya dapat roti ciabatta yang persis sama dengan 7 tahun lalu. Arrggghhh itu rotinya enak bangeeeettt…. aku sampe makan punya Omla juga.

Side dishnya mantaaappp....
Selain rotinya, ternyata saladnya juga enak. Kali ini salad daun rocket dengan balsamic vinaigrette, pake potongan keju parmesan. Aku juga makan salad jatahnya Omla. Terus habis itu dibagikan es krim batangan rasa coconut dan pineapple. Arrrggghhh…. ini juga enak…

Dessertnya pun juara
Kami tiba di Jakarta jam 6 sore. Setelah lewat imigrasi, ambil koper, lewat bea cukai, aku langsung antre di counter Golden Bird. Untungnya sudah titip ke Horsi 1 via email untuk dipesankan 1 Avanza. Jadi biarpun antriannya panjang, kami tenang aja.

Haaaa… welcome to Jakarta. Akhirnya Middle Earth Trip kami secara resmi berakhir, tapi kenangannya akan terus ada. Pastinya gak kapok untuk ke NZ lagi, Milford Sound masih menunggu kami…. Kia Ora!

No comments: