Wednesday, August 19, 2015

Middle Earth Trip: Day 3

Pagi ini kami bangun agak lebih pagi, karena jam 7.30 sudah harus siap di depan Canterbury Museum untuk naik shuttle ke Greymouth. Seperti biasa mandi, terus sarapan. Omla sarapan indomie lagi plus sedikit Naan Bread, sedangkan aku sarapan Naan Bread plus sedikit coconut bar (dari trip Edoras kemarin). Setelah itu aku sempat mampir ke dapur untuk mencuci sendok garpu.


Waktu kami jalan sekitar jam 7 dari hotel, langit masih gelap. Kami berjalan sekitar 300 meter, kemudian menunggu Atomic Shuttle yang jadwalnya 7.30. Pas jam 7.30, shuttlenya baru datang. Ternyata penumpangnya hanya ber-4. Ya mungkin karena emang lagi low season, dan sebagian orang memilih menggunakan TranzAlpine yang harganya lumayan jauh lebih mahal untuk berpindah dari Christchurch ke Greymouth.

Di depan Canterbury Museum


Drivernya mengumumkan bahwa jalan yang melalui Arthur’s Pass ketutup karena longsor, jadi kita akan deroute lewat Lewis Pass, jalan yang lebih ke utara dibandingkan Arthur’s Pass. Kita akan terlambat sekitar 45 menit, tapi masih cukup banyak waktu untuk mengejar connecting bus ke arah Franz Josef.

Biri-biri di atas bukit


Hari ini agak mendung, sepanjang perjalanan melalui jalan Lewis Pass itu pemandangannya adalah bukit-bukit, rumput, dan biri-biri. Sebelum memasuki kawasan forest park, kami sempat mampir toilet dulu di depan bumi perkemahan, tapi aku dan Omla belum pengen. Lepas dari kawasan bukit dan rumput, kami melewati kawasan hutan, dan di beberapa tempat yang kami lewati ada tempat wisata panas bumi juga.

More Biri-biri


Perjalanan kali ini dinikmati dengan melihat pemandangan sambil sesekali tidur sampe ngiler. Untuk mengobati ngantuk, sesekali kami nyuil coconut bar (masih yang dari Edoras kemarin). Coconut bar itu rasanya manis banget, jadi makannya gak bisa sekaligus banyak.


Sekitar jam 10 lebih kami singgah di Reefton untuk toilet dan refreshment. Kami foto-foto sebentar, kemudian mencari toilet di i-site. Toiletnya terlihat kuno, tapi yang penting bersih dan ada air hangatnya. Di cuaca gerimis dan berangin gitu, air panas menjadi penting. Kami gak sempet cari refreshment (tapi emang gak niat sih), setelah itu sudah waktunya jalan lagi.


Jam 12 kami sampai di Greymouth. Kami diturunkan di depan i-Site yang letaknya di sebelah stasiun kereta. Kereta TranzAlpine berhenti di stasiun tersebut. Di sebelahnya adalah jajaran supermarket besar, ada The Warehouse, Countdown. Terus ada beberapa fastfood chain juga.

Di stasiun Greymouth


Kami menitipkan koper di i-Site dengan biaya $1/item. Kemudian berjalan menyusuri pertokoan di Mackay St. Karena memang gak ada niatan untuk mampir ke toko, setelah agak jauh kami memutuskan untuk balik lagi ke dekat i-Site dan mencari makan.


Pertokoan di Greymouth


Apa artinya nama Greymouth? Grey-mouth adalah mulut sungai Grey. Di pinggir sungai kami lihat ada penanda awal West Coast Wilderness Trail, bagian dari ratusan (atau ribuan) km jalur sepeda di NZ.

Setelah tiba kembali di dekat i-Site, aku berhasil membujuk Omla untuk makan di Subway (dan bukan McD) di komplek supermarket dekat stasiun. Makanannya apa? Pilihannya sandwich atau flatbread dengan topping yang tailor-made dan porsi yang agak ngamuk meskipun udah pesen yang 6-inch (bukan footlong).  


Selesai makan, aku ngajak ke The Warehouse. Pengen liat-liat aja. Setahu aku barang di situ relatif murah-murah. Bener aja kan… ternyata dapet sarung tangan kutung cuman $4 saja. Sarung tangan kulit yang dibawa dari Jakarta, meskipun hangat dan terlihat gaya, tapi ternyata gak oke kalo kena basah. Kalopun pas lagi gak basah, ternyata terasa rese’ karena jarinya gak bisa mencet-mencet kamera atau HP. Sarung tangan The Warehouse ini yang bakalan aku pakai terus selama di South Island, sampe bolong-bolong.


Dari The Warehouse, kami lihat bus yang sepertinya bakal membawa kami ke Franz Josef sudah datang. Jadi kami memutuskan untuk jalan ke i-Site lagi untuk ke toilet, ambil koper, tak lama setelah kami siap di depan bus, driver busnya mulai mengabsen para penumpang yang akan naik dari Greymouth.


Kami berangkat dari Greymouth jam 13.30, menyusuri jalan utama pantai Barat ke arah Selatan. Driver bus bertindak juga sebagai guide. Jadi sepanjang jalan dia beberapa kali bercerita tentang kehidupan orang-orang di Pantai Barat, tentang cuaca, dan beberapa hal lainnya.


Dalam perjalanan Greymouth-Franz Josef ini pemandangannya adalah pantai, rumah di tepi pantai, dan hujan. Kami singgah di Hokitika, kebetulan cuara cerah waktu kami diturunkan di depan National Kiwi Center. Konon produk khas dari Hokitika adalah batu jade/greenstone. Karena kami gak tertarik sama bebatuan, kami jalan kaki ke tepi pantai. Dari tempat parkir bis ke tepi pantai melewati pertokoan. Sebagian besar toko sudah tutup sejak jam 13-14 tadi (karena hari Sabtu), ada sebagian kecil yang buka sampai jam 5 sore. Hanya supermarket yang buka sampai jam 8 malam.


Pantai Hokitika


Pantainya berpasir hitam dan berbatu-batu, anginnya besar dan dingin. Kami berfoto-foto sebentar, habis itu cepat-cepat kembali ke pertokoan. Karena di balik pertokoan, anginnya gak terlalu besar. Habis itu mampir ke Supermarket New World, beli cemilan (langsung napsu liat coklat Snickers harganya lebih murah dari di Jakarta).


20 menit sejak bus berhenti, kami jalan lagi. Waktu kami masuk bus, cuaca mulai gerimis lagi. Cuaca terus gerimis sepanjang perjalanan sampai kami tiba di Franz Josef sekitar jam 5 kurang dikit.


Kami turun waktu busnya berhenti di dekat YHA Franz Josef Glacier. Cuaca masih gerimis dan…. diiiingggiiinn!!!! Motel kami gak jauh dari YHA: Alpine Glacier Motel. Kami langsung ke front office, mencari-cari officernya yang tak kunjung muncul meskipun sudah dipanggil pakai bel yang tersedia di atas meja.


Untungnya kami gak nunggu terlalu lama, om-om resepsionis yang ramah akhirnya muncul. Dia cukup kagum waktu tauk kami orang Indonesia, terus menyangka bahwa pakaian musim dingin kami pasti baru beli di NZ… ahahaha…. gak separah itu kali…. Dia bilang kami mendapat kamar yang lebih besar dari yang kami pesan (upgrade). Wow… Sebelum kami meninggalkan front office, dia bilang kami boleh ambil 1 box susu yang tersedia di kulkas front office. Lumayan… 300 ml. Bisa buat berdua biarpun agak ngirit.

Balkon yang menghadap pemandangan bak The Sound of Music
Tempat tidur dengan thermal blanket
Alat makan lengkap

mini pantry


Waktu masuk kamar, baru deh terheran-heran liat ukuran dan fasilitas yang ada di kamar. Lengkapnya di review penginapan. Terus waktu lagi nyoba-nyoba lampu kamar mandi (yang ada pemanasnya)… baru sadar kalo ternyata udaranya diiinngggiiin banget. Ukuran kamar yang besar membuat pemanasnya gak cepet nyebar.

Kamar mandi dengan lampu pemanas

Gara-gara dingin, Omla pengen Indomie… Ha…Indomie lagi…?? Aku setuju dengan makanan dan minuman yang hangat-hangat. Jadi sebelum semakin malam, kami memutuskan untuk keluar ke supermarket. Di jalan utama Franz Josef, ada supermarket Four Square, hanya 5 menit jalan kaki dari penginapan kami. Sepertinya di Franz Josef ini semua serba dekat, wong desanya kecil banget. Penduduknya hanya 300-an orang.


Supermarketnya lumayan lengkap (untuk ukurannya yang gak terlalu besar). Di sana ada Indomie, tapi sekali beli harus 5 bungkus. Aku keberatan beli Indomie, karena masak Indomie itu harus pakai kompor. Padahal di kami hanya menginap 1 malam di Franz Josef, penginapan kami yang berikutnya ga ada kompor. Apalagi kalo pake telor segala. Sekali beli juga minimal 5. Gimana cara bawanya? Kalo ditaroh di koper bisa-bisa mencemari segala perlengkapan lainnya.


Untungnya di rak yg sama dengan Indomie nemu mie instan bikinan Thailand yang ada tulisannya halal. Jadi aku bujukin Omla untuk beli yang 1 aja 2 bungkus (dan tanpa telor). Selain itu kami beli drinking chocolate dan juga cream soup yang tinggal diseduh. Pokoknya segala yang bisa membawa kehangatan deh.


Setelah selesai di supermarket, kami jalan mengelilingi blok, malam ini aku mulai menjalankan layering pakaian hangat, lengkap deh dari mulai longjohn sampe gore-tex semua dimainkan. Setelah blok tersebut habis dikelilingi (padahal ukurannya lebih kecil dari 1 blok di kompleks Buncit Indah), kemudian kembali ke motel untuk menyiapkan makan malam. Menu malam ini adalah pita bread, tuna kaleng, baked beans, dan mushroom soup.

Ada apa di Franz Josef? Di dekatnya ada Franz Josef Glacier. Kalau di musim panas (Oktober-April) bagi traveler yang naik bus Intercity dan hanya punya 1 malam di Franz Josef, bisa ikut tour Glacier Valley Walk yg sesi malam (berangkat jam 5.30), sayangnya saat itu sudah memasuki akhir musim Gugur. Atau kalau mau aktivitas yang lebih “fisik”, bisa stay 2 malam di Franz Josef untuk mengambil Ice Explorer Tour, berjalan di atas es abadi! Hmm, maybe next time ya…

Kembali ke makan malam lagi… makanan-makanan hangat yang kami bikin cepet sekali dinginnya (relatif dibandingkan di Jakarta), tapi jadi lebih aman buat lidah sih. Biasanya kalau makan cream soup aku suka gak sabar, masih panas sudah dihajar, bikin sariawan aja. Nah, kalo di Franz Josef belum sempet dihajar udah keburu dingin…


Pita Bread, Tuna Kaleng, Baked Bean, Mushroom Soup for Dinner


Selesai makan, aku cuci piring dulu. Awalnya cuek aja pake air dingin buat cuci piring (serasa di rumah), ternyata lama-lama tangannya kedinginan. Omla langsung masuk ke dalam selimut. Menikmati electric thermal blanket yang tersedia di tempat tidur. Sementara itu di luar mulai hujan lagi. Makin lama makin besar.


Habis cuci piring, kami pun tidur…

No comments: