Friday, August 21, 2015

Middle Earth Trip: Day 5

Waktu kami bangun keesokan paginya, cuaca emang beneran cerah. Langit masih gelap, ketahuannya kalo cerah itu karena bebintangan terlihat bersinar terang, termasuk bintang kejora. Itu aja udah bikin terpukau, tapi lebih terpukau lagi ketika matahari mulai ngintip dari balik gunung: ternyata desa Franz Josef itu dikelilingi gunung-gunung dengan puncak bersalju…. kemarin-kemarin gak keliatan karena mendung dan hujan terus.


Good morning, Franz Josef!
Kami sarapan dengan roti Pita, tuna kaleng, susu, dan minuman hangat. Setelah mandi dan cuci piring, jam 7.15 kami jalan ke halte bus lagi. Rupanya pagi ini hanya kami berdua yang menunggu di halte bus. Yang lain menunggu di depan YHA atau dijemput di penginapan masing-masing.


Seperti pada umumnya, dibandingkan kemarin waktu hujan, ketika cuaca cerah malah terasa lebih dingin. Dan herannya…. John gak datang-datang. Kalo kemarin jam 7.30 sudah tiba di halte, sekarang baru mulai berkeliaran di penginapan2 seputar Franz Josef, kemudian ke depan YHA, baru jam 7.45 tiba di halte tempat aku dan Omla menunggu.  Sementara menunggu busnya datang, aku semangat ngambil foto gunung (meskipun cahayanya kurang begitu menunjang) dan melihat-lihat WC semi permanen yang katanya bisa terbuka setiap sekian menit sekali. (lhaa… kalo lagi asik-asik boker gimana dong?)

Terms & Conditions Toilet di dekat Franz Josef bus stop
Ketika akhirnya John tiba dengan busnya, dia langsung bertanya: pasti kamu kira saya gak jadi datang ya? Kami pun masuk ke bus, kemudian menunggu sebentar (entah ada urusan apa), beberapa saat kemudian bus berangkat menuju Fox Glacier. Penumpang yang kemarin ikut bus tersebut sudah ada di dalam bus semua, ditambah beberapa penumpang baru. Yang aku inget dari penumpang kemarin adalah: pasangan Eropa, keluarga India, sepasang cowok yang bertampang seperti Harry Kim (sepertinya orang China), sepasang cewek Jepang, beberapa orang solo traveler yang akhirnya membuat 1 kelompok sendiri (termasuk mbak-mbak yang kemarin duduk di seberangku).


Pemandangan di jalan lebih indah daripada kemarin, karena puncak gunung bersalju terlihat dengan sangat jelas hari ini. Sebelum kehilangan sinyal, aku sempatkan untuk nulis email ke penyelenggara tour Milford Sound (Jucy Cruize) untuk membatalkan tour kami besok. Harap-harap cemas duitnya balik apa enggak. Kalo pun enggak, ya udah diikhlaskan 298 NZD. Hiks… Nanti paling coba claim ke asuransi (kalo bisa).


Pagi ini kami mampir lagi (untuk ketiga kalinya) ke The Salmon Farm. Kami minum hangat saja. Waktu aku jalan-jalan ke terasnya mereka, ternyata di lantai kayu dan meja-kursi yang tidak tertutup atap ada Morning Frost! Hampir aku kepeleset. Heheheh…. langsung agak2 norak gitu… pertama kali liat Morning Frost.


Setelah kami jalan lagi dari The Salmon Farm, John memberikan info bahwa hari ini kita bisa lewat Haast Pass!!! YEEEEYYY!!!! Semua penumpang (terutama yang kemarin sudah bergabung dengan bus yang sama) bersorak gembira. John cerita bahwa kita akan bertukar supir di Thunder Creek Falls. Jadi bus yang dari arah Queenstown akan ketemu sama kita di sana, kemudian tuker supir, dan melanjutkan perjalanan lagi ke tempat tujuannya masing-masing. Dia cerita bahwa supir penggantinya bernama Peter, yang alergi sama kacang tanah, jadi sebaiknya kami gak makan kacang tanah di atas bus. Takutnya dengan mencium aroma-nya aja si Peter gak tahan.


Pemandangan The Sound of Music
Kami singgah sebentar di desa Haast untuk mengambil penumpang dan mampir toilet (karena setelah itu toilet berikutnya adalah di Makarora), kemudian memasuki jalan yang kemarin gak jadi kami lewati.  Kami menyusuri Haast River dan kemudian memasuki Mount Aspiring National Park. Pemandangannya? Hmm… Kayak di film The Sound of Music… aarrgghh… mau nangis terharu liatnya…. Gunung2 dengan puncak bersalju, dan air terjun kecil-kecil yang berasal dari es di atas gunung. Pengennya bisa turun dari bis terus lari-lari sambil nyanyi: “The hills are alive…”.


Sebelum sampai di Thunder Creek Falls, kami melewati daerah yang longsor beberapa minggu lalu (dan ditutup karena salju kemarin). Di pinggir jalan salju masih menumpuk meskipun tidak tebal lagi. Salju? Bisa pegang atau gak ya?

Thunder Creek Falls
Kami sampai duluan di Thunder Creek Falls (dibandingkan bus yang dari Queenstown) . Penumpang diijinkan untuk turun dan melihat ke air terjun. Kami melewati jalan setapak sekitar 50 meter untuk sampai ke tepi air terjun. Tak lama setelah selesai foto-foto, datang rombongan lain. Rupanya bus yang dari Queenstown sudah datang. Waktu kami kembali ke bus, John sedang mengobrol dengan Peter. See you, John, thanks for being a sweet guide!


Rombongan kami berangkat lagi….  Pemberhentian berikutnya adalah Makarora untuk makan siang. Kami berhenti di Makarora Country Cafe. Kata Peter yang khas dari Makarora Country Cafe adalah Soup Sayurannya. Aku makan pie daging sapi, sedangkan Omla makan sop dan roti. Sop Sayurannya mengingatkan aku sama sop kentang saring di rumah. Yang ini malah lebih encer, hmm… gimana bisa kenyang ya?


Pie Daging Sapi
Setelah selesai makan, aku melihat-lihat souvenir sebentar. Yang eye-catching adalah barang rajutan merino-possum merk Lothlorian (sounds like Lady Galadriel’s home). Hmm… possum itu kan dilindungi kalo di Aussie, tapi di NZ justru jadi hama, makanya dijadikan campuran bahan rajut dengan wool merino. Katanya sih lebih lembut dari wool biasa. Tapi aku belum mau beli-beli di Makarora situ.


Pemandangan Makarora 
Sambil menunggu penumpang lain selesai makan, kami foto-foto di lapangan parkir cafe. Makarora itu terletak di lembah yang dikelilingi gunung-gunung dan padang rumput. Padang rumput yang semi vertikal tapi tetep penuh dengan domba. Lagi-lagi Sound of Music yang terbayang…
Is it Lake Wanaka or Lake Hawea?
Setelah semua penumpang selesai makan, kami jalan lagi. Dalam perjalanan ini, pas sesaat dapat sinyal, aku sempat check email. Ternyata sudah ada balasan dari Jucy Cruize. Ternyata mereka bersedia untuk mengurus pengembalian uang yang sudah kami bayarkan!! Alhamdulillah… gak jadi rugi NZD298. Keren banget…

Menjelang Wanaka, salju sudah mulai mencair
Gak lama, kami ketemu dengan sisi utaranya Lake Wanaka. Kemudian setelah beberapa saat menyusuri pinggir danau, ketemu dengan danau lainnya yaitu Lake Hawea, dan kemudian mendekati kota Wanaka (yang berada di sisi selatan Lake Wanaka). Menjelang Wanaka, mulai kelihatan hamparan salju meskipun sudah mulai mencair.

Wanaka ini kota wisata seperti Queenstown, banyak penginapan dan juga outdoor activity. Kami berhenti di tepi danau untuk menurunkan dan menjemput penumpang. Penumpang eksisting dipersilakan turun 5 menit untuk foto-foto di pinggir danau. Aku berhasil menemukan sisa-sisa salju di rerumputan. Well, that’s it! My childhood dream just came true: megang salju!!


Pegang salju
Setelah foto-foto, kami jalan lagi. Di bagian-bagian yang gak tersentuh sinar matahari, salju masih tebal. Gak puas-puas lihatnya… Tak lama kami mampir di Cromwell, tepatnya di Jones Family Fruit Stall. Toko buah gitu deh. Harganya lumayan murah, bahkan dibandingkan harga di Indonesia, sayangnya kemasannya besar-besar. Kami hanya beli anggur yang kebetulan lumayan ringkas kemasannya. Plus madu Manuka kemasan kecil juga.


Sebelum naik ke bus, mampir ke WC dulu. Kemudian bus meneruskan perjalanan ke etape terakhir menuju Queenstown. Bus memasuki jalan berliku di tepian Kawarau Gorge. Warna airnya khas banget, hijau telor asin bening gitu: Anduin!! Sungai ini salah satu dari beberapa sungai yang berperan sebagai Anduin River.

Kawarau Gorge
Waktu berangkat dari Cromwell, pemandangan pinggir jalannya tidak bersalju, tapi makin mendekati Queenstown (elevasinya makin tinggi), saljunya makin tebal. Sampai di daerah Gibbston, kami disambut dengan beberapa Winery (perkebunan anggur) yang tertutup salju. Bener-bener terlihat seperti winter. Jadi ini kayaknya musim dingin yang datang lebih cepat.


Menjelang Queenstown, saljunya tebaallll....
Kami lewat di dekatnya jembatan gantung jadul Kawarau yang merupakan tempat bungy jumping komersial pertama di dunia. Kemudian setelah jalan berbelok-belok menyusuri sungai Anduin… eh… Kawarau… berakhir kami memasuki daerah Frankton, di kiri-kanan mulai banyak penginapan. Dan tak lama kemudian: Queenstown!! Wooww…. Akhirnya…. rasanya kayak menikmati happy ending dari film menegangkan…. hahaha….

QUEENSTOWN!!!
Beneran happy ending sih. Setelah turun di halte Atol St, kemudian berjalan menuju Beach St. (tempat Absoloot Value Accommodation), di depan penginapan pemandangannya danau Wakatipu dengan background gunung-gunung yang putih semua.


Dermaga Queenstown
Kami gak istirahat lama-lama, setelah check-in dan meletakkan barang di kamar, kami jalan ke pinggir danau untuk melihat pemandangan, foto-foto, dan setelah gelap: cari makan malam. Kami menyusuri pertokoan di sekitar Beach St. Melihat toko souvenir. Salah satu toko souvenir bernama Koha menjual boneka anak domba obralan. Hmm… besok sore mungkin aku balik lagi untuk beli anak domba itu. Setelah bingung menentukan tempat makan, aku melihat suatu logo yang sangat familiar. Dan Omla pasti langsung setuju: Colonel Sanders alias KFC. Bener aja… begitu aku menunjukkan KFC, Omla langsung semangat.


KFC-nya sudah tentu gak menjual nasi, tapi setelah berhari-hari makan sandwich, sup, roti pita, dan pizza… buat Omla, ayam goreng dan kentang itu merupakan a little taste of home. Paket hematnya giling abis: soft drink + 2 potong ayam + kentang goreng + dinner roll + mashed potato with gravy. Aku pesen soft drink + twister. Twisternya gak kayak di Jakarta/Sorong. Yang ini padet dan besar. Jadinya kami pesen agak kebanyakan.


Waktu kami baru selesai pesan dan lagi mengatur tempat duduk, kami ketemu dengan dua orang “Harry Kim” yang barengan naik bus dari Franz Josef. Mereka lagi milih-milih tempat makan. Mereka gak jadi masuk ke KFC, hanya dadah-dadah aja waktu lihat kami lagi di dalam KFC. Padahal selama perjalanan gak pake ngobrol ataupun kenalan. Yah itulah indahnya jalan-jalan…


Setelah selesai makan, kami ke supermarket 4 Square buat beli tambahan makanan untuk sarapan besok. Habis itu mampir ke toko souvenir yang masih buka buat lihat-lihat dulu. Terus balik ke penginapan. Malam ini aku mencuci-cuci pakaian dalam (termasuk long john) dan celana panjang quick dry yang udah berhari-hari gak diganti.Sedikit tricky sih, karena kamar mandinya mungil banget, terus long johnnya susah banget diperes, jadi mesti dijemur dulu di kamar mandi sampe airnya berhenti netes-netes sebelum bisa diangin-angin di bawah AC. Ajaibnya, sebelum aku tidur, si celana quick dry itu udah kering aja gitu… berarti “quick dry”-nya bukan hoax…. hehehe….

Setelah itu leyeh2 sambil internetan pake wifi gretong. Tak lupa mengupload foto sesaljuan ke grup WA rumah. Setelah itu tidur….

No comments: