2 November 2008
Hari ini waktunya pulang. Tapi pagi-pagi aku dan Iqbal gak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk berkunjung ke satu obyek wisata lagi: Royal Botanical Garden. Pak Yus hari ini gak bergabung bersama kami, karena mau ke Bondi Beach lagi mencari baju-baju surf untuk anaknya.
Seperti biasa kami jalan kaki ke Museum. Sebelum masuk ke platform, kami sempet bertanya kepada bapak yang jaga pusat informasi di stasiun Museum tentang berlaku tidaknya Green Travelpass kami untuk pergi ke Airport. Dia bilang tiket itu bisa dipakai, nanti tinggal beli gate pass aja di Airport, gak lebih dari $10, mungkin $7 atau $8, begitu katanya. Dia sempet panik waktu liat kami masuk ke platform untuk kereta yang menuju City Circle via Circular Quay, bukannya masuk ke platform-nya Airport Line. Tapi kami segera menjelaskan bahwa kami mau ke Airportnya nanti siang, bukan pagi ini.
Hmm... Kalau hanya $7-8 sih, mending naik kereta saja. Kalo naik airport shuttle kan $12, dan lagi kami belum sempat booking airport shuttle. Katanya mesti minimal harus booking 3 jam sebelumnya kalau mau naik shuttle itu. Namanya Airport Connect.
Kembali ke stasiun Museum lagi... Kami naik kereta menuju ke Circular Quay. Kemudian dari Circular Quay jalan kaki melalui tangga yang berada di tengah-tengah Opera Quays. Di ujung anak tangga atas, kami disuguhi lapangan rumput yang luuuaaaassss... Kalo kita memutar badan ke arah sebaliknya, pemandangannya adalah lapangan rumput, beberapa pohon, dengan background gedung-gedungnya CBD Sydney. Di sebelah kiri kami adalah Government House. Aku pikir: that’s all gitu... lapangan rumput besar plus pepohonan, dengan pemandangan gedung di satu sisinya. Tapi ternyata itu baru sebagian kecil aja dari Royal Botanical Garden.
Berjalan semakin masuk lagi... ternyata kami sampai di pinggir sebuah teluk kecil bernama Farm Cove. Sydney Opera House, yang berada tak jauh dari tempat kami berdiri, ada di satu sisi, sedangkan Royal Botanical Garden-nya sendiri masih terbentang sampai melewati sisi lain dari Farm Cove. Gede banget kan...?
Salah satu hal yang menyenangkan tentang taman tersebut (atau lebih tepat disebut Kebun Raya??) adalah di tiap akses masuknya, mereka mencantumkan ajakan untuk berjalan di atas rumput. Beda banget sama taman pada umumnya yang suka mencantumkan larangan “Dilarang Menginjak Rumput”.
Hal lainnya adalah pastinya enak pagi-pagi nongkrong di salah satu dari banyak bangku Forrest Gump yang ada di taman tersebut sambil membawa buku, rajutan, atau bahkan laptop yang batrenya terisi penuh untuk menulis sesuatu. Bahkan aku melihat ada beberapa orang yang tidur di bangku-bangku tersebut.
Gak cuman nongkrong di bangku... Jalan-jalan pagi sambil moto-moto juga enak... hanya saja aku merasa salah kostum: sepatu hak, jeans, basic blazer, dan sunglasses... sedangkan orang lain dengan nyamannya memakai pakaian olahraga. Haha... itu memang baju yang bakal aku pakai pulang nanti siang, baju lainnya sudah terlipat rapi di koper. Sebenarnya hari itu berawan, tapi untuk jaga-jaga dan karena malas membawa dua kacamata, aku memilih memakai sunglasses.
Tidak kalah menyenangkan: tanaman-tanaman aneh yang jarang-jarang aku lihat. Salah satu favoritku adalah pohon dengan bunga warna ungu. Yang bikin aku suka karena pohon itu tidak ada hijau-hijaunya sama sekali. Selama di sana aku menyebutnya Pohon Ungu Misterius, karena belum menemukan nama dari pohon itu. Aku sudah “naksir” pohon itu sejak hari pertama mendarat di Sydney dan melihatnya di Circular Quay. Ternyata setelah mencoba searching di Internet, pohon tersebut bernama Jacaranda. Jacaranda Tree... Jacaranda mimosafilia...
Rute kami untuk menjelajahi Royal Botanical Garden adalah: Masuk dari tangga di Opera Quays, jalan ke pinggir Farm Cove, menyusuri Farm Cove ke arah Timur sampai masuk ke kawasan Yurong Precinct, melewati Victoria Lodge, terus jalan ke Timur sampai ke pinggir Woolloomooloo Bay, jalan balik lewat Mrs. Macquaries’ Chair, menyusuri Farm Cove lagi, kali ini ke arah Barat, terussss sampai keluar dari Royal Botanical Garden melalui pintu yang dekat Sydney Opera House.
Hari itu lumayan dingin, terbukti aku sama sekali gak berkeringat meskipun jalan kaki jauh dengan memakai blazer yang gak bisa dibilang tipis. Aku kelaparan pula... tadi pagi gak sarapan (lagi). Tapi lumayan sih... di tengah-tengah keliling kebun raya, Iqbal mengeluarkan KitKat dari pak Djoni.
Kami foto-foto lagi di sekitar Opera House dan mengambil latar belakang Harbour Bridge, baru setelah itu naik kereta lagi dari Circular Quay ke Museum, kemudian balik ke hotel. Waktu sampai di stasiun Museum, kami sempet liat-liat foto jadul yang dipasang di lorong stasiun. Ternyata... stasiun Museum udah ada sejak tahun 1926, termasuk stasiun-stasiun pertama yang dibangun ketika pembangunan subway di Sydney. Dari sejak 1926 sampai sekarang... interior stasiunnya gak banyak berubah. Ada fotonya waktu tahun 1950-an, yang berbeda hanya kostum orang-orangnya saja. Pas tahun 1926 hampir semua orang pakek topi, sedangkan pas 1950 yang pakek topi jauh berkurang.
Sampai hotel jam 11 kurang 15. Hanya sempat sebentar bongkar muatan plus finalisasi beres-beres. Jam 11 kurang 5 mas-mas pegawai hotel udah ketok-ketok kamar, ngingetin soal Check-Out. Jam 11 akhirnya aku turun.
Bawaanku ada 3 sekarang: Koper yang sekarang terisi penuh (tapi untungnya gak sampai harus di-extend ukurannya), Ransel yang sekarang ditambah isinya dengan buku-buku Star Trek dan majalah, plus tas kantong merah motif not balok yang kuisi dengan segala boneka: Matilda (si blasteran Beruang dan Marmut), Ru (KanguRu dengan bantal biRu), OrEe (Original Eeyore), dan koala putih untuk dik Endra plus batas buku koala dan kanguru bete. Pokoknya serba boneka deh.
Pelan-pelan kami berlima menggeret koper menuju stasiun Museum. Terus kali ini cukup cerdas untuk lewat pintu yang disediakan khusus untuk penyandang cacat, orang yang bawa baby stroller, dan orang yang bawa koper, bukannya lewat gate barrier yang pas-pasan ukurannya.
Stasiun museum ini kan gak ada lift ataupun eskalatornya, jadi kami harus mengangkatnya secara manual. Bawaan kami jauh lebih berat dibandingkan waktu baru datang, tapi untungnya sekarang kami berjalan turun masuk ke platform stasiun, bukannya naik tangga.
Waktu nunggu kereta di platform Airport Line, aku sempat memperhatikan lebih detail interior stasiun Museum ini. Ternyata mereka membiarkan (atau malah merekonstruksi) iklan-iklan asli dari jaman dulu menempel di dinding platform stasiun tersebut.
Kami naik kereta sampai International Airport. Setelah naik eskalator sekali. Kami ketemu yang jualan gate pass. Ternyata, harga gate pass adalah $11.40!!! Wakakakakakak... aku langsung pengen ketawa... harga gate pass gak beda jauh dengan Airport Connect rupanya... Kalo naik Airport Connect gak perlu repot gotong-gotong koper di stasiun Museum. Tapi ya sudahlah... udah terjadi kan... jadi ya aku cengar-cengir aja.
Kami dua kali naik eskalator lagi, sampai ke pintu masuk airport dari arah stasiun yang banyak anginnya itu. Terus masuk deh ke bagian keberangkatan. Mencoba untuk check-in, tapi ternyata check-in counternya baru menerima check-in untuk suatu penerbangan 3 jam sebelum jam keberangkatan: 12.15, padahal itu baru jam 12 kurang 1.
Kami nunggu di dekat check-in counter tersebut sambil mengisi Departure Form-nya Aussie Immigration, terus nulis-nulis hand-carry baggage tag. Pak Djoni nimbang koper kami satu per satu karena khawatir kopernya lebih dari batas bobot yang digratiskan (20 kg). Sehingga kita harus ngecheck apakah jumlah bobot semua koper kami > 100 kg. Ternyata koperku hanya 16 kg. Ya iyalah... kalo misalkan koperku lebih dari 20 kg, waktu gotong-gotong di stasiun Museum, aku mestinya sudah kewalahan. Sedangkan tadi aku masih santai-santai aja.
Jam 12.15 kami check-in di counter yang petugasnya bapak-bapak yang melayani humor garingku. Setelah itu kami sepakat untuk bagi dua. Pak Yus dan pak Mahyudin mencari prayer room, sedangkan kami mencari makan siang. Aku dari tadi belum makan pagi sih... (kecuali sebungkus KitKat ukuran kecil). Aku berharap bisa nemu Krispy Kreme lagi. Biar deh... makan siang 2-3 original glaze-nya Krispy Kreme kayaknya cukup. Tapi ternyata kami gak berhasil nemu food courtnya dan tau-tau udah ketemu lagi sama pak Yus dan pak Mahyudin yang keliatannya juga gak berhasil nemu prayer room-nya.
Kami pun segera masuk ke Custom, setelah dicap di Imigrasi, ada pemeriksaan barang-barang bawaan. Yang bawa laptop harus mengeluarkannya dari tas dan meletakkannya di baskom kotak untuk dilewatkan di mesin x-ray seperti halnya tas-tas tangan kami.
Lewat dari antrean x-ray, di depan kami adalah toko Duty Free... kami jalan terus karena kelaparan. Berharap di sekitar departure gate ada resto-resto yang cukup representatif seperti halnya di Soekarno-Hatta. Aku dan Iqbal sempet nemu 1 cafe yang jualan pastry. Aku udah naksir sama Apple Pie-nya. Keliatannya gede dan ngenyangin. Iqbal udah mau pesan sandwich, tapi waktu dia tanya ke mbak-mbak yang jualan, ternyata mereka gak punya microwave oven, jadi makanannya gak bisa dipanasin. Jadi males deh...
Ujung-ujungnya, kami beli makanan di kedai Santos. Makanan di situ di dalam kemasan plastik tapi masih hangat-hangat. Kalaupun gak hangat, dia punya microwave oven untuk menghangatkan. Aku tadinya mau makan minestrone soup, tapi terus iseng milih Nasi Ayam Cinamon, plus minumnya hot choc. Nasi Ayam Cinnamon rasanya manis-manis gurih. Enak sih, tapi amit-amit banyaknya...
Selesai makan, barulah kami liat-liat duty free store yang tadi. Barang-barang elektroniknya memang lebih murah dibandingkan di Jakarta, tapi gimana kalo rusak coba yaa.... siapa yang bakal nanggung garansinya... malah ribet...
Setelah pegel muter-muter, aku pun memilih duduk di deket departure gate 10. Ketemu sama bapak-bapak yang 2 anaknya sekolah di Sydney. Bapak itu cerita kalo beberapa hari lalu dia habis menyebabkan kebul berlebihan gara-gara kelamaan pakek microwave, terus akhirnya didenda gara-gara gak sengaja membunyikan alarm kebakaran dan membuat pemadam kebakaran datang ke rumahnya. Ternyata warning yang di hotel tuh bener pernah kejadian di tempat lain juga ya. Kirain hanya di hotel itu saja yang microwave-nya bisa berlebihan asapnya...
Kami boarding lumayan tepat waktu. Tapi sempat nunggu agak lama, entah ngapain itu pesawatnya. Aku dapat duduk di 48D, di sebelahku pak Yus. Penerbangan kali ini isinya maaakkkaaannnn... terus. Makanannya enak-enak pula.
Selama di pesawat, pertama... makan besarnya aku milih kuskus dengan ikan. Tapi kita dibagiin roti ukuran kecil yang masih hangat. Nah, rotinya tuh enak banget... kayaknya sih gak mengandung telor. Macamnya baguette-nya BreadTalk gitu. Karena udah kenyang makan roti, kuskus-nya jadi gak maksimal. Mana ikan-nya tuh berasa kayak sarden kalengan pula. Selesai makan besar, ada refreshment, mereka menyediakan dua pilihan minuman, yang dua-duanya aku suka: organic peppermint tea dan Cadbury’s Hot Chocolate. Pilihan yang sulit bukan?! Namun karena tadi sebelum naik pesawat sudah beli hot choc di Santos, jadi gak begitu sulit lagi milihnya. Trus menjelang turun itu, dikasih makan ravioli dengan saus tomat. Wadduuuhh... yang ini: ENAK BANGEEETT!!! Anget-anget gitu lagi.... Pokoknya kenyang dan puas deh...
Selain makan, selama 7 jam perjalanan aku nulis catatan perjalanan di block note yang keliatannya tipis, murah, tapi kok gak abis-abis... padahal udah dua kali dibawa pergi, dan kali ini aku pakeknya agak boros... karena kebetulan tiap malam meskipun udah capek tapi masih semangat untuk mandi (sempet dua hari mandinya malam doang malah...hihihi...gara-gara air panas sempet mati pas pagi) terus ngisi buku catatan perjalanan.
Terus selain catatan perjalanan, sempet baca buku Star Trek: Myriad Universes, ngabisin satu section. Sempet nonton foto-foto juga, foto selama di sana dari camdig-nya pak Djoni. Terus sempet juga main sudoku... dari majalahnya pesawat. Pokoknya gak tidur deh selama perjalanan pulang ini. Abis posisinya juga gak memungkinkan untuk tidur nyenyak kecuali ngantuk banget.
Kira-kira 1 jam menjelang mendarat, si Qantas memutar film tentang Jakarta!!! Si host-nya jalan-jalan naik busway, merekomendasikan Blue Bird, dan tidak merekomendasikan naik bajaj! Hmm... ternyata mereka bukan cuman muter film tentang Australia... bagus... bagus....
Jam 18.30 mendarat di Soekarno-Hatta. Qantas nih gak paranoid. Begitu pesawat sudah mendarat, meskipun masih di taxiway, mereka bilang boleh aktifkan HP, asalkan dapat sinyal. Iya kan... kalo orang Aussie-nya belum tentu bisa International Roaming di sini.... sama halnya seperti kami di sana.
Eehhh... tapi pas aku nyalain HP, kok gak dapat-dapat sinyal yak? Ini kan di home network-ku. Wooyy!! Kenape nih HP-nya? Pas pesawat berhenti, baru aku ngeh... kemaren HP-ku network selection-nya sengaja di-set manual, biar gak loncat-loncat provider selama di Sydney. Ternyata pas sampai di Indonesia, dia juga gak langsung nyari available network. Hahahahaha.... terjebak sama perbuatan sendiri itu namanya.
Begitu dapat sinyal, SMS-SMS masuk. Ternyata ada dari Ira... dia ada di Sydney hari ini (padahal biasanya di Melbourne). Yaaaaa... kenapa baru nyampe sekarang.... sayang sekaalliii... coba dari kemarin.
Ngantre di Imigrasi lumayan lama, abis lamban sih pelayanannya. Padahal rasanya di barisanku banyakan orang Indonesianya, harusnya gak lama-lama dunk. Karena udah kelamaan di Imigrasi, pas nyampe di conveyor... nunggu bagasinya gak terlalu lama... Kami segera bertukar baggage tag yang ketuker-tuker, terus PULLAAANGGG!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment