Waktu jam 8 pagi aku turun ke lobby, Pak Yus dan Iqbal sudah menunggu di bawah. Hari ini pak Mahyudin dan pak Djoni tidak bergabung bersama kami. Kami bertiga langsung berjalan kaki menuju stasiun Museum, yang cukup spesial adalah: kami tidak melewati jalan yang biasa kami lewati untuk menuju ke Museum. Pak Yus menunjukkan jalan lain (ambil arah lain kalau dari hotel) yang ternyata lebih dekat!! Ya ampuunn... tinggal sehari lagi di sini, kok bisa baru tauk neh, padahal jelas-jelas kami punya peta. Dari Museum naik kereta menuju Circular Quay dengan kereta. Kemudian dari Circular Quay mengambil ferry yang jurusan Manly.
Tadinya kami mau duduk di deck bagian depan. Tapi karena penuh, dan anginnya besar, jadi kami duduk di deck bagian belakang. Perjalanan dengan ferry dari Circular Quay menuju Manly memakan waktu selama 30 menit. Dalam perjalanan berangkat ini kami masih semangat poto-poto di atas kapal.
Sampai di Manly jam 9.15, kami langsung panik sendiri-sendiri... Iqbal sibuk nyari kopi (abis dingin sih), sedangkan aku? Sibuk nyari toilet!! Wakakakakak... Aku belum sarapan hari ini, tapi udah dapet morning call duluan (padahal rasanya tadi pagi udah loh). Pak Yus yang tak tau-menau tujuanku mencari toilet, ikut-ikutan nyari toilet...
Nah... aku kan milih-milih bilik toilet... pastinya pengen yang paling terang dan paling bersih... posisi menentukan prestasi deh pokoknya. Pas lagi milih-milih gitu, ternyata... di salah satu bilik-bilik itu ada leleee.... (tidak harafiah lo). Giling... ternyata di Aussie ada juga toilet yang kayak gitu... hiii... tapi untungnya aku akhirnya dapat yang terang dan bersih tadi, jadi bisa menunaikan dengan tenang. Terus senengnya di sana, setiap toilet pasti dilengkapi sabun yang wangi... jadi berasa aman sentosa aja...
Pas aku selesai, ternyata pak Yus dan Iqbal sudah sempet foto-foto di depan dermaga Manly. Aku terus difoto juga tentunya. Setelah itu baru kita memutuskan untuk bersepeda, dan kami pun berjalan kaki ke tempat persewaan sepeda http://www.manlybiketours.com/
Tarif sewa sepeda di Manly terbilang relatif murah. Untuk sewa 1 jam biayanya A$14, untuk sewa 2 jam biayanya A$19, sedangkan sewa seharian sampai dengan persewaan sepedanya tutup A$24.
Mas-mas yang jaga persewaan sepeda ngasih petunjuk tentang daerah-daerah yang wajib kami kunjungi selama di Manly. Dia memberikan sebuah peta mungil, yang bisa masuk ke dalam kantong celana capriku. Hehe...tidak ada kantong belakang jersey seperti kalo lagi naik sepeda di Jakarta. Karena memang gak pasti-pasti banget mau wisata sepeda, jadi aku gak bawa perlengkapan olahraga. Akhirnya cuman pakek celana capri The Executive – kostum andalan ke mall, terus sepatu sandal yang juga biasanya dipakek ke mall, dan kaos (juga versi mall, bukan kaos yang biasa buat olahraga).
Sepeda yang mereka sewakan kebanyakan adalah tipe City Bike merk Schwinn 7-speed warna biru. Harga sewa sepeda itu sudah termasuk sewa helm merk Liman warna biru dengan tulisan http://www.manlybiketours.com.au/, dan kunci + rantai sepeda. Khusus buat aku, mas-mas penjaga rental yang kami gak nanya namanya itu memberikan yang tipe untuk perempuan. Sebenarnya mereka tidak hanya menyediakan City Bike, kalo mau pakek MTB juga bisa, tapi harga sewanya lebih mahal. Bisa dua kali lipatnya. Mau pakek tandem juga ada, tapi... aku sih gak pengen...
Tujuan pertama kami adalah Spring Cove, sebuah teluk kecil yang kami lewati dalam perjalanan menuju Sydney Harbour National Park di North Head. Ternyata jalur sepeda yang tertera di peta itu beraneka ragam kondisinya. Ada yang memang dedicated khusus untuk sepeda dan pejalan kaki, ada yang ”on road” alias di jalan umum namun diberi tanda khusus sepeda, ada juga yang ”on road” dan tidak ada marka jalannya, jadi campur gitu aja sama mobil. Tapi lewat jalan yang campur pun rasanya lebih aman dibandingkan nyepedah di jalan Buncit yang suka tiba-tiba ada motor dari arah berlawanan atau metro mini gak sopan.
Kembali ke perjalanan kami... Sayangnya, bukannya sampai ke Spring Cove kami malah nyasar ke Little Manly Cove, teluk kecil lainnya karena sempet salah belok. Untungnya di Little Cove itu ada lapangan rumput yang rumputnya tebal dan penuh bunga-bunga kecil. Sementara pak Yus dan Iqbal melihat ke pinggir tebing di tepian teluk tersebut, aku malah duduk di rumput sambil mengamati peta mungil tadi.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju North Head. Lumayan juga bok, jalannya tanjakan terus... maklum deh, memang North Head itu modelnya pantai dengan tebingnya yang tinggi. Pernah lihat Uluwatu? Kurang lebih seperti itu lah pemandangannya.... Jadi jalannya menuju ke sana juga mirip dengan jalan ke Uluwatu: nanjak...
Sepanjang jalan kiri-kanan penuh dengan semak-semak. Konon semak-semak itu adalah tempat penangkaran Bandicoot, sejenis tupai gitu deh. Ufff... pegel juga nanjak, aku tak berani naikkan seatpostnya lebih tinggi pula, maklum masih belum biasa dengan handling-nya karena handle bar-nya melengkung dan lebar banget. Plus sadelnya guede pisan... jadi semakin pegel deh pantatnya. Di tengah-tengah never ending tanjakan itu, aku membayangkan tiba-tiba ada mobil Innova hitam nyusul sepeda-sepeda kami, terus ada seekor bantal kuda bersuara cempreng dan seorang snoopy nongol sambil ngomong: SEEEMMMAAANGGGGAAATTTT....
Ehehe.... cukup sudah berimajinasi... ternyata akhirnya sampe juga kok ke atas tebing... mampir dulu di salah satu tempat parkir, pemandangannya ke teluk Sydney bebas banget dari atas sana, yang artinya... bagus buat poto-poto. Abis itu meneruskan perjalanan ke ujung jalan di mana sepeda udah gak boleh masuk lagi dan kami terpaksa memarkir sepeda di tiang rambu lalu lintas.
Setelah itu perjalanan berkeliling di North Head kami lanjutkan dengan jalan kaki. Kami sempat bertemu dengan rombongan tour minibus yang sebagian pesertanya orang Indonesia pegawai Menko Something. Mereka menyangka kami ini segerombolan mahasiswa dari Malaysia. Wakakakakak... tapi emang lumayan jarang kan pegawai dari Indonesia yang iseng banget mau naik sepeda seperti itu, apalagi pegawai Pertamina... mengingat keadaannya: di negeri orang, cuaca unpredictable, nanjak dan jauh dari mana-mana pula. Kalo bisa bayar untuk ikutan tur dengan mobil fully air conditioned, buat apa naik sepeda?? Most people bakalan mikir seperti itu pasti… kecuali yang emang suka sepeda.
Kita cuman senyam-senyum aja dibilang mahasiswa. Yah… pak Yus kan sebentar lagi sudah masuk masa persiapan pensiun. Mungkin karena rajin naik sepeda ya, jadi biarpun baru aja balik dari kursus purna bakti, tapi pak Yus tetep disangka mahasiswa.
Oya, tauk gak siapa yang mengikuti kami dengan setia sejak dari Sydney? LALER!! Soal laler ini... awalnya aku kira mereka hanya ngerubutin kami-kami yang baru datang dari Jakarta, karena kami belum mandi waktu baru mendarat. Tapi kemudian, ternyata setelah kami mandi pun masih diuber laler juga, dan orang bule juga pada digerumutin laler... Kerumunan laler menjadi sangat banyak kalo di tempat-tempat yang banyak tanamannya, seperti di North Head itu. Ini nih foto-foto laler yang modelnya menggunakan pak Yus dan Iqbal (lokasi Iqbal: Royal Botanical Garden).
Setelah puas poto-poto, kami pun turun bukit... poto-poto lagi di tempat parkir yang sebelumnya sudah kami kunjungi. Terus tuuuurrrruuuunnn lagi… sampai akhirnya masuk ke jalur sepeda pinggir pantai, kemudian gowes ke arah Shelly Beach. Pantai pasir putih di ujung garis pantai-nya Manly yang menghadap ke Timur. Di sana ketemu dengan banyak orang yang latihan scuba-diving.
Iqbal dan pak Yus hanya foto-foto, cuman aku yang turun ke air dan mencicipi dinginnya air laut. Setelah itu kita gowes lagi menyusuri pantai. Hmmm… kapan lagi bisa sepedaan di pinggir laut gini? (di Ancol ada jalur sepeda seh... tapi kok kurang menclang, kurang keliatan gitu loh...). Hmmm, semoga bisa bikin yang seperti ini di Indonesia.
Itu udah jam 1 siang, dari tadi sebenarnya sudah lapar, tapi bingung mau makan dimana. Akhirnya di dekat The Corso, sebuah pusat perbelanjaan yang bentuknya ruko-ruko, kami memarkir sepeda. Tepatnya, kami mengikat sepeda kami jadi satu ke besi yang memang banyak digunakan untuk parkir sepeda.
Makan siang kami adalah Kebab. Aku makan Lamb and Chips. Potongan daging domba dengan kentang goreng. Kami makan di pinggir laut. Pak Yus sempat bagi-bagi kentang gorengnya ke beberapa burung camar yang mendekati kami.
Di tengah-tengah makan siang yang rasanya gak abis-abis itu (beneran deh, banyak banget), timbul pembicaraan tentang sepeda (lagi). Setelah dihitung-hitung, ternyata jumlah orang yang suka sepeda (dan juga bisa diracuni biar suka sepeda) di bagian kami cukup buat bikin MDGTI Bike Community. Hmm... kapan ya bisa ngumpul terus nyepedah barengan, kalo perlu ngajak keluarga, biar makin rame.
Akhirnya aku gak menghabiskan kentang gorengku, dan memilih untuk membungkus sisanya dan memasukkan ke tas ransel. Setelah itu kita melanjutkan perjalanan menuju Manly Lagoon dengan menyusuri jalur sepeda di tepi pantai. Namun sampai pada satu titik, jalur sepeda tersebut kelihatan terputus. Iqbal yang tadinya berada di belakang sudah jalan duluan, dan keburu nyebrang jembatan yang lewat di atas muara, kemudian masuk ke Greycliff St. Untung aja setelah ikutan nyebrang jembatan tersebut, aku liat peta mungil dulu, trus baru ngeh kalo kita harusnya lewat di BAWAH jembatan, bukan NYEBRANG jembatan. Setelah ngirim sms ke Iqbal dan menunggunya di sebrang jembatan, kami pun menuju Manly Lagoon.
Kami sempat melihat anjing dan tuannya sedang bermain throw-and-catch (duh... kok jadi inget kuliahnya bu Inge ya...). Anjingnya lari-lari masuk ke danau buat ngambil ranting/tongkat yang dilempar tuannya. Di tepi Manly Lagoon, kami ambil foto bertiga bersama sepeda masing-masing. Setelah itu cepet-cepet kembali ke persewaan sepeda, sebab saat itu sudah jam 3, dan kami masih pengen ke Oceanworld, takut keburu persewaan sepedanya tutup.
Dalam perjalanan kembali ke persewaan sepeda, aku lumayan ngebut, terutama setelah masuk jalan raya lagi. Hahaha... di Jakarta mah mana pernah ngebut begitu (kecuali pas kesel sama Metro Mini iseng). Waktu sampai di Manly Bike Tours, masih mas-mas yang tadi pagi yang jaga, kirain sudah aplusan. Setelah membereskan administrasi, kami langsung jalan kaki ke Oceanworld. Uwaaahh... sebenernya masih pengen naik sepedaaa...
Berikut adalah rute bersepeda kami selama di Manly:
Sampai di Oceanworld, ternyata Iqbal kehilangan selera untuk masuk ke dalamnya, karena tempatnya gak meyakinkan. Jadi kami putuskan untuk nyebrang kembali ke Sydney. Saat itu jam 3.40. Ketika kami jalan menuju Manly Wharf, aku iseng bertanya pada pak Yus, jam berapa ferry berikutnya ke Sydney berangkat? Pak Yus mengeluarkan brosur Manly Ferries yang ada jadwalnya, jreng-jreng.... ternyata 3.45, dan dari jauh keliatan ada ferry bersandar di dermaga. AAWWW... itu pasti kapal yang 3.45, kalo kita ketinggalan kapal itu, harus nunggu ½ jam lagi. Jadi.... LAAAARRRIIIIII....!!!!
Wah... kedondong banget... lari-lari begitu… kayak triathlon aja… abis naik sepeda, terus lari-lari... tinggal kurang berenang aja. Tapi yang berenang mah pada saat itu gak berminat... jangan sampe deh terpaksa berenang... Kalo berenangnya nanti-nanti di kolam Kemang Sport sih gak apa-apa.
Sampai di dermaga tepat pada saat pintu ferry mulai dibuka dan penumpang dipersilakan masuk. Kami pun masuk, langsung mengambil tempat di aft (buritan ya bahasa Indonesianya?), lantai 2. Terus duduk. Diem-dieman, gak minat ngomong, gak minat foto-foto, maklum masih capek lari-lari, tapi emang jadi lebih hangat deh.
Setelah mendapatkan kembali suara masing-masing... aku pun menghabiskan sisa kentang goreng yang tadi. ½ jam kemudian kami merapat kembali di Circular Quay. Oya, satu hal yang menarik... ketika kami mengantri keluar dari ferry, aku melihat di dalam ferry tersebut, tepatnya di dekat pintu, disediakan tempat parkir sepeda. Dan hari itu, tempat parkir sepeda tersebut penuh. Enak juga ya... penduduk Sydney yang pengen bersepeda di Manly, tinggal gowes sepedanya ke Circular Quay, masukin ke ferry, terus lanjut gowes lagi setelah sampai di Manly. Seandainya aku bisa bawa si Erik Xtrada ke Manly, pasti lebih enak. Trus... kapan ya kita bisa bikin kota yang benar-benar sepeda friendly seperti Manly gitu...
Sampai di Circular Quay... kami sepakat untuk pisah rombongan. Pak Yus dan Iqbal ke Paddy’s Market, sedangkan aku ke George St. Aku masih penasaran pengen cari Eeyore atau Snoopy. Aku turun di stasiun Town Hall. Keluar dari stasiun, di dekat pintu keluar ada toko majalah. Iseng-iseng masuk... ternyata ada majalah cross-stitch yang ada pola Eeyore-nya. Waktu SMS Ndoro, katanya mau... ya udah, bungkus!! Trus aku ke Sydney Central Plaza, katanya Internet ada Disney Store di situ, tapi gak nemu. Akhirnya malah ke Myer yang terletak di atasnya, di lantai atas ada toko mainan. Nemu Eeyore sih... tapi kualitasnya gak begitu bagus. Harganya juga gak terlalu murah. Wah, ya agak males beli barang yang gak murah tapi kualitas dipertanyakan...
Habis itu aku jalan kaki ke arah Pitt St. Eehhh... malah nemu Borders dan Bloch. Bloch-nya sudah tutup, padahal belum jam 6. Aku sempet masuk ke Borders, tapi gak ada yang menarik sih. Pas keluar Borders, lagi-lagi aku membunyikan alarm buku. Iiihh... ini udah kejadian kedua deh... padahal aku sama sekali gak bawa barang yang ada tag harganya.
Abis itu jalan lagi menuju World Square. Janjian sama Iqbal dan pak Yus mau ketemu di supermarket Coles yang di World Square. Kami mau beli-beli coklat buat ol-ol. Hihihi… Aku gak lama-lama sih di Coles, kalo soal belanja cokelat mah gak pakek acara bingung… udah pasti-pasti aja. :-D Pas aku keluar dari Coles, rupanya pak Yus udah balik ke hotel duluan.
Aku dan Iqbal pun mau cari makanan take away buat dimakan di hotel. Tapi kita masih bingung-bingung gitu mau makan apaan. Akhirnya nongkrong dulu di bangku di tengah-tengah World Square. Mulai berasa dingin gitu deh… pas matahari dah mau terbenam. Gara-gara nongkrong di bangku itu, aku jadi pengen beli kaos cantik di TEMT, yang tokonya tepat di sebrang kursi yang kududuki. Lagi diskon gitu… dan modelnya ada renda-renda plus warna pink.
Akhirnya setelah sedikit jalan... kami memutuskan untuk makan... Kebab lagi!! Tapi kali ini bukan kebab yang wrapped (dibungkus roti), melainkan kebab yang disajikan di piring (plate). Uuugghhh... banyak banget deh ternyata porsinya... bungkusannya aja gede... trus kamarku jadi bau kebab.
Malam ini pulang agak sore, karena mesti beres-beres barang kan. Lucunya... Sebelum berangkat ke Manly, dengkulku agak-agak sakit. Itu akibat turun menyusuri Furber Steps waktu di Blue Mountain dua hari sebelumnya. Waktu naik sepeda, aku udah membayangkan... gimana pegelnya nanti malam... udah dengkul sakit, sekarang ditambah lagi pantat pegel karena sadel sepedanya kegedean. Tapi ternyata... alhamdulilah bayanganku itu tidak terwujud. Yang ada... sakit di dengkul malah hilang... Selebihnya juga biasa-biasa aja ternyata, seperti selayaknya kalo habis naik sepeda di Ragunan.
No comments:
Post a Comment