Saturday, November 22, 2008

Sydney Trip: Day 2

Selasa, 28 Oktober 2008
Hari pertama ke kantor. Aku gak mandi pagi hari ini, gara-gara air panasnya mati. Toh semalam sudah mandi sampe puas, jadi pagi cukup yang wajib-wajib sajah. Heheheh... Aku turun sarapan terakhir, waktu yang lain hampir selesai. Menu sarapannya simple: ada pilihan roti (mau whole wheat? Mau yang white? Tinggal panggang aja), trus kue-kuean (muffin dan pastry manis), ada buah dan yoghurt (tapi aku gak berani ambil, karena yoghurt-nya gede banget, 40ml per day aja udah bikin ”lancar”, apalagi 2 kali lipatnya), terus ada juga buffet yang terdiri dari spaghetti, bacon, sausage, scrambled eggs, dan potato gems. Aku hanya berani makan spaghetti, telur, dan gems saja. Plus makan roti dengan mentega. Gak berani ambil bacon dan sausage-nya. Mencurigakan...


Selesai makan, langsung setoran dulu. Abis itu kami pun berangkat. Hari itu mendung seharian. Juga lebih banyak angin dibandingkan kemarin. Kami jalan kaki lagi menuju stasiun Museum. Terus salah ambil jalur kereta. Bukannya ngambil jalur yang Direct ke Central, malah muter lewat Circular Quay, terus turun di Town Hall. Aku sendiri memang lebih milih turun di Town Hall. Kebayang kalo turun di Central, aku bakal bingung sendiri ngeliat segitu banyak platform yang harus dipilih. Di Town Hall kami berganti naik kereta yang ke arah Epping (jalur Merah, North Sydney – Hornsby). Ternyata kereta itu berhenti di setiap stasiun. Waktu dalam perjalanan ke Epping, pak Yus mempelajari peta jalur kereta, dan menemukan bahwa ada kereta yang rada Express ke arah New Castle yang juga berhenti di Epping, tapi berangkatnya dari Central. Hehe... oke deh pak, besok kita coba ya.


Sampai di Epping, kami mencari taksi. Kebetulan di tempat ngetem taksi, kami menemukan taksi yang besar, cukup untuk mengangkut kami berlima. Dan hebatnya lagi... taksi itu supirnya imigran dari Indonesia. Mantan orang Kebun Jeruk yang bermigrasi ke Aussie tahun 1983, dan sampai sekarang belum pernah ke Indonesia lagi. Keliatannya kehidupannya enak di Aussie, terbukti dari Nokia E71-nya yang kinclong.


Sampai juga di Kantor Avaya. Rupanya di situ adalah salah satu pusat R&D-nya Avaya. Mereka punya spesialisasi di bidang Video Conference. Aku gak akan cerita detail tentang kunjungan ke Avaya, abis kesannya kayak buka rahasia perusahaan orang. Yang pasti hari ini kami disuguhi minuman dari cafetaria, muffins, dan bolu pisang. Selesai dari kantor Avaya, James mengantar kami (dengan berdesak-desakan di mobilnya) ke stasiun Epping.


Dari Epping, sesuai saran James, kami menuju ke Olympic Park. Agak ribet juga naik keretanya. Jadi naik kereta ke stasiun Strathfield dulu, terus tukar kereta dengan kereta yang menuju ke Lidcombe, nah dari Lidcombe naik Olympic Park Sprint, yaitu kereta shuttle yang kerjanya bolak-balik antara stasiun Lidcombe dengan Olympic Park.


Dan tibalah kami di kompleks Olympic Park: kompleks stadion tempat penyelenggaraan Olympiade Sydney tahun 2000. Lucu juga... waktu tahun 1995 datang ke sini, mereka baru mulai jualan merchandise Sydney 2000 sebagai salah satu usaha untuk mengumpulkan dana. Sekarang ketika aku datang lagi, tinggal liat ”sisa-sisa” dari Olympiade 2000 tersebut, berupa kompleks stadion nan megah dengan segala fasilitasnya.

Di Olympic Park Information Centre, ada yang jual jersey sepeda keren banget motifnya. Tapi sayangnya harganya kok gak kayak di BBB Bike yak? Hehehe... Setelah masuk ke bagian dalam dari Information Centre, aku baru tauk kalo ternyata di Olympic Park itu kita bisa menyewa dan berkeliling dengan menggunakan sepeda. Sepeda yang disewakan macam-macam jenisnya, ada City Bike, ada MTB, bahkan ada sepeda lipat juga (gak takut dibawa kabur ya?). Di seputar kompleks, tersedia jalur sepeda, tapi mau lewat trotoar juga boleh saja. Huhuhu... Aku jadi semakin pengen naik sepeda ajah...

Kami makan siang di kios makanan di belakang Information Centre, tepatnya di seberang ANZ Stadium. Aku makan hot chocolate dan meat pie, sambil menikmati angin yang bertiup lumayan heboh sehingga menerbangkan tisu-tisu yang ada di atas meja. Ternyata meat pie itu adalah salah satu makanan khas Australia. Meat pie yang aku makan ini berisi campuran daging sapi dan daging kambing yang dimasak di dalam gravy sauce. Waktu aku tanya ke ibu-ibu yang jaga kios: ”Ada pie gak?” Aku membayangkan sesuatu yang manis, kayak apple pie atau pie buah lainnya. Ternyata dia bilang adanya pie daging. Enak juga... cuman entah kenapa gigiku kok jadi makin gripis ya abis makan pie itu? Padahal gak keras loh...


Selesai makan, foto-foto di depan ANZ Stadium. Di dekatnya ada tiang-tiang gak terlalu tinggi yang bertuliskan nama-nama atlet peserta Sydney Olympic Games 2000. Cocok buat maen kejar-kejaran kayak di film India.


Setelah puas foto-foto, kami pun kembali naik kereta menuju kota. Sebelumnya mampir ke stasiun Homebush dulu, pak Djoni berusaha mencari DFO, katanya sejenis factory outlet gitu. Kalo aku sih malas. Kalo mau ke factory outlet, mungkin lebih baik ke Bandung sajah... hehehehe...

Tapi kita hanya berjalan gak karuan di Homebush, DFO-nya ternyata masih 45 minutes dari stasiun Homebush. Jadi kita pun meneruskan perjalanan lagi, sampai turun di stasiun Town Hall. Tujuan kami berikutnya adalah melihat patungnya Queen Victoria di Queen Victoria Building. Begitu turun kereta, bapak-bapak cari toilet dulu. Toiletnya cukup unik, karena pintu depannya pakek pintu geser otomatis, kayak di bank ajah. Hehehe...

Abis itu pak Yus lihat counter Vodafone, jadi mau mampir dulu, buat aktivasi SIM Card yang kemarin dibeli di Circular Quay. Aku lihat jam: ½ 6. Sebentar lagi toko-toko tutup. Daripada menunggu yang lain, akhirnya aku bilang ke Iqbal bahwa aku akan meninggalkan mereka sebentar ke Dymocks yang kira-kira terletak di seberang QVB tersebut. Aku pun kabur.... dan keluar di pintu yang salah. Jadi harus jalan agak jauh menembus kerumunan orang yang lagi nunggu bis. Terus nyebrang ke sisi lain dari George St. Dan akhirnya menemukan toko buku Dymocks. Ternyata gak sebesar yang kuingat. Mungkin terdistorsi juga dengan Gramedia Matraman atau Kinokuniya Singapore? Jaman 1995, Dymocks keliatannya besar banget. Sekarang jadi terlihat gak ada apa-apanya dibandingkan 2 toko buku di atas.

Aku secara sekilas mencari bagian Majalah yang ternyata GAK ADA. Terus turun ke basement, di tempat yang seingatku ada bagian Sci-Fi. Bagian sci-fi-nya masih ada, tapi memang buku Star Trek-nya gak sebanyak dulu lagi. Tempat buku musik juga gak seasik dulu lagi. Kalo yang ini sih jelas terpengaruh dengan adanya www.bukumusik.com di Plaza Semanggi dan juga Music Essentials di Singapore. Ada Disney Store, tapi gak jualan boneka. Akhirnya aku keluar dari Dymocks tanpa membawa hasil. Kemudian mulai mencari rombonganku lagi...


Mereka kutemukan di dekat patung Queen Victoria yang berada di luar QVB. Di dekatnya ada wishing well yang ada patung anjingnya. Ceritanya itu adalah ”Islay”, anjing kesayangan Ratu Victoria. Pas lagi foto-foto di dekat patung Queen Victoria itulah aku melihat toko buku Galaxy di York St., tepat di seberang patung Queen Victoria tersebut. Aahh... besok-besok boleh juga mampir ke Galaxy Bookshop itu, kata halaman kuning, di situ jual buku Star Trek.

Aku masih pengen jalan-jalan, tapi pak Mahyudin dan pak Yus pengen balik ke hotel. Akhirnya kami berpisah di depan patung Victoria. Pak Yus dan pak Mahyudin jalan kaki balik ke hotel (hanya beberapa blok). Sedangkan aku, Iqbal, dan pak Djoni mencari Sydney Tower. Dasar dodol... aku bukannya melihat peta dulu, atau MENDONGAK KE ATAS. Aku langsung mengajak mereka masuk lagi ke stasiun Town Hall. Aku perkirakan Sydney Tower itu dekat dengan stasiun Wynyard.

Aku baru ngecheck peta ketika kami sudah di platform bawah stasiun Town Hall. Jreng...!! Ternyata Sydney Tower itu dekat dengan QVB, dan tadi waktu jalan kaki ke Dymocks, aku sudah melewati perempatan yang menuju Sydney Tower. Cuman salahnya, aku gak nengok ke atas, jadi gak sadar kalo di dekat situ ada Sydney Tower.

Kami gak jadi naik kereta, akhirnya malah keluar lagi dari stasiun Town Hall, kemudian berjalan kaki ke Sydney Tower. Pintu masuk Sydney Tower tidak sulit untuk ditemukan. Petunjuknya mudah untuk ditemukan, meskipun sedikit tertutup oleh proyek pekerjaan renovasi.

Sempet terjadi tragedi kamera Iqbal sebelum naik lift menuju Podium Level, tempat beli tiket untuk naik. Tapi untung kameranya baik-baik saja, gak berakhir seperti tragedi kamera Randegan.


Sydney Tower ini bangunan tertinggi di Sydney katanya... tapi coba check di link http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_tallest_buildings_in_Sydney, ternyata dia gak masuk hitungan dalam daftar gedung tertinggi di Sydney, karena dianggap tidak habitable. Mungkin kalo di Jakarta, bisa dianalogikan dengan Monas. Maksudnya bukan untuk ketinggiannya, tapi untuk unhabitable-nya. Monas kan juga sifatnya hanya observation tower aja. Museum-museum adanya di basement-nya.

Tiket untuk naik ke Sydney Tower adalah seharga $25. Itu sudah termasuk naik ke Observation Deck, terus masuk ke atraksi OZTrek, yang mana aku gak ada ide, sebenernya atraksi OZTrek itu apaan seh...

Lucu deh, lift untuk naik ke observation deck-nya terdiri dari 2 kompartemen yang berdampingan atas dan bawah. Jadi ketika naik, yang terangkut bisa sekaligus banyak. Sampai di atas, yah standar sih... liat-liat pemandangan, foto-foto, liat-liat souvenir. Aku sempet mampir ke toilet dan melakukan ritual ya-gitu-deh. Tadinya bangga banget... namanya juga jarang-jarang di ketinggian ratusan meter di atas permukaan tanah. Tapi setelah mengingat kejadian pas berangkat dinas ke Surabaya 1 ½ minggu sebelumnya, ternyata yang di Sydney Tower ini gak terlalu spesial.


Waktu matahari udah mau terbenam, kami turun ke podium level lagi, kemudian segera mengantri untuk masuk ke atraksi OZTrek. Kalo menurut dugaanku, itu seperti atraksi di Dufan yang ganti-ganti nama terus itu... yang pakek kursi terus digoyang-goyang seolah-olah kita lagi perang-perangan naik pesawat ruang angkasa, tapi ini mungkin settingnya keliling Aussie. Setelah nunggu dan ngantri sekitar 20 menit, akhirnya wahananya dibuka juga. Kita dikasih safety briefing dulu, abis itu dipandu masuk ke ruangan isinya kotak kaca mirip diorama yang di depannya ada kursi-kursi gitu. Ternyata acaranya emang diorama tapi ada moving picture-nya, jadi kayak “holodeck” gitu deh, tapi tentu saja dalam mode yang jauh lebih primitif. Kita duduk di kursi-kursi tadi, mendengarkan suara dari pertunjukan diorama tadi melalui headphone, oya kita bisa milih bahasa: Inggris, Jepang, Cina, atau Korea.

Ceritanya ya tentang kehidupan di Aussie lah. Ada kehidupan di kota-nya, di pinggir pantai, di outback, bahkan di hutan tropis. Setiap ganti scene, kursi kami bergeser ke diorama yang ada di sebelahnya. Setelah acara diorama-nya selesai... kami dipandu lagi untuk masuk ke theater yang besar dengan kursi-kursi seperti di Dufan!!

Nah ini diaa.... seperti yang kuduga... kita diajak “keliling Aussie” di atas kursi goyang tadi. Lumayan seru sih... Tapi kalo begituan sih di Dufan juga ada yaa... Kalo kata Iqbal: gue tauk kenapa OZTrek itu dijual sepaket sama tiket naik ke Sydney Tower, soalnya kalo dipisahin, OZTrek itu gak laku...

Selesai atraksi OZTrek, kami pun turun dari Sydney Tower. Kali ini tujuannya mau ke Circular Quay, karena mau liat pemandangan Opera House dan Harbour Bridge di waktu malam. Ternyata pas keluar dari Sydney Tower, dan berjalan menuju stasiun Town Hall, cuacanya lumayan berangin. Wuuiiyy... agak dingin jadinya.

Sampai di Circular Quay, kami berjalan melewati The Rocks, teruuussss.... ke arah Harbour Bridge. The Rocks isinya toko-toko dengan arsitektur antik. Iqbal sempet nunjuk kedai burger, tapi karena masih sibuk nyari akses ke Harbour Bridge, jadi niatnya nanti saja pas balik dari sana.

Akhirnya kami mencari Dawes Point: sebuah taman yang letaknya di bawah pylon selatannya Harbour Bridge. Tapi gak ada tangga di situ. Terus aku lihat ada petunjuk ke arah Pylon Lookout, tapi anehnya petunjuknya itu menjauhi Harbour Bridge kembali ke arah The Rocks. Kami ikuti petunjuk itu, masuk ke jalanan yang sumpee... gelap banget. Kalo kata peta sih itu Cumberland St. Kami melewati kantornya BridgeClimb, tapi sudah tutup. Akhirnya di tengah-tengah pepohonan, ketemu juga tangga yang keliatannya banyak banget anak tangganya dengan petunjuk bahwa tangga itu menuju Harbour Bridge dan Pylon Lookout. Hmm... berarti kalo mau naik ke Harbour Bridge, harus naik ke situ tuh...

Naiklah kami memanjat tangga itu, lumayan juga tingginya. Tangganya seperti dilapisi dengan pasir kelap-kelip, mungkin supaya gak licin. Akhirnya sampailah kami pada suatu pelataran. Aku pikir itu pylon lookout, tapi ternyata bukan. Terus ada tangga kecil lagi ke arah pintu kecil, ternyata di balik itu sudah jalan raya yang menuju Harbour Bridge! Kami pun langsung lewat pintu itu... tapi kok? Jalan setapak yang ke arah Harbour Bridge dihalangi dengan pagar. Tulisannya “No Pedestrian Access” gitu... apa emang pejalan kaki gak boleh lewat Harbour Bridge? Padahal katanya ada jalur khusus pejalan kaki di Harbour Bridge... Karena gak ada pilihan, akhirnya kami menyusuri jalan setapak ke arah berlawanan yang bernama: Cahill Walk. Jalan setapak itu memang menyusuri Cahill Expressway, lewat jalan layang yang di atasnya Circular Quay, terus berakhir di Royal Botanical Garden.

Aku sampe mesti buka jaket, meskipun banyak angin... tapi kepanasan juga akhirnya. Gara-gara olahraga malem-malem kali yaa... Yang penting ntar sampe hotel harus mandi air panas, biar gak masuk angin. Gak asik banget kalo sampe masuk angin.

Cahill Walk itu ternyata panjang banget.... berasa gak selesai-selesai... mau balik arah kok udah jauh. Setelah sekitar ½ jam berjalan layaknya orang tersesat, akhirnya nemu lift, yang ternyata berada di sampingnya stasiun Circular Quay. Huurrraaayyy... sampe daerah yang familiar!!

Aku sampe sekarang masih bertanya-tanya... karena semua informasi mengenai Harbour Bridge yang ada di Internet menunjukkan bahwa pejalan kaki bisa mengakses Pylon Lookout (dan kemudian Harbour Bridge) melalui tangga yang ada di Cumberland Street. Seharusnya itu tangga panjang yang kubilang berpasir kelap-kelip tadi. Alternatif lain adalah melalui Cahill Walk yang ujungnya di Royal Botanical Garden, dan dapat diakses melalui lift yang ada di Circular Quay. Nah... Cahill Walk, kemudian lift itu... semua juga sudah kulewati... tapi kenapa yang ada tulisan “No Pedestrian Access” ya? Apa karena itu sudah larut malam? (jam 8 hampir jam 9 gitu deh, cafe-cafe di The Rocks juga sudah banyak yang tutup). Ah ya sudahlah... nanti kalo ada kesempatan lagi, ya dicoba lagi saja...

Dari Circular Quay, kami kembali ke stasiun Museum. Kemudian putar-putar cari makan sekalian cari hotel. Sempat tertarik untuk makan steak Australian Angus Beef, tapi tempatnya di tengah-tengah pub yang berisik gitu. Ujung-ujungnya makan fastfood lagi, kali ini Hungry Jack, kalo di Jakarta lebih dikenal dengan nama Burger King. Aku pesan Whopper Jr. Regular Value Meal. Setelah itu sempet keluar masuk budget hotel untuk tanya-tanya bookingan. Tapi kok gak sreg aja mau masuk budget hotel. Sempet hampir booking di hotel bintang 3 macamnya Ibis, tapi rata-rata mereka gak ada kamar untuk hari Jumat-Sabtu. Ternyata waktu kami sampe di hotel terus bertanya... di Travelodge bisa di-perpanjang 3 hari lagi sampe checkout hari Minggu. Ya sudahlah... bungkus!!

No comments: