Kamis, 30 Oktober 2008
Hari ini jam 8 kami sudah berangkat dari hotel. Tujuan pertama adalah stasiun Central. Di stasiun Central, kami keluar dari peron untuk ke loket dan membeli tiket BlueMountainLink. Jadi dengar membayar $48.80 per orang, kita bisa dapat tiket kereta pulang-pergi dari Central ke stasiun Katoomba, plus tiket bus tingkat BlueMountainExplorer yang akan membawa kami keliling daerah Blue Mountains.
Setelah dapat tiketnya, kami masuk lagi ke peron untuk Intercity Train. Ternyata keretanya masih ½ jam lagi. Masih banyak waktu untuk cari toilet. Aku menghilang sebentar untuk cari toilet. Yang ternyata jauh juga... dan harus pakek keluar peron.
Waktu aku balik lagi ke atas, Iqbal dan pak Djoni lagi panik di pintu tiket gara-gara tiketnya pak Djoni tertelan oleh mesin tiket (salah masukin tiket). Untung ibu-ibu yang jaga mau bukain mesin tiket, dan kami pun mencari tiket yang tertelan itu dan kemudian berhasil menemukannya.
Jam 9.55 keretanya jalan. Perjalanannya 2 jam. Di tengah perjalanan, ada pemeriksaan tiket. Kondekturnya mas-mas dengan pakaian seragam celana pendek. Hihihi... Kami menembus daerah pinggiran kota Sydney, kemudian keluar kota, hingga akhirnya mencapai daerah perbukitan. Sepanjang perjalanan beberapa kali melihat orang keluar masuk kereta dengan membawa sepeda MTB. Dan buat mereka, itu hal lumrah aja... gak perlu pakek acaranya ngasih tips ke kondekturnya seperti di sini (itu pun kalo ada kondekturnya... selama di Sydney, baru sekali ini liat kondektur).
Hal lain yang jadi perhatian adalah... selama perjalanan 2 jam itu, kami hanya sekali melewati persimpangan kereta – jalan umum yang memakai palang pintu. Sisanya menggunakan terowongan atau flyover. Terus juga keberadaan BTS... Sinyal handphone penuh terus, tapi bangunan-bangunan di sana gak mirip rambut jabrik seperti bangunan di sini yang penuh antena.
Kami turun di stasiun Katoomba. Aku segera keluar dari stasiun, gak tauk yang lain mungkin foto-foto dulu kali, lama banget gak muncul-muncul. Aku langsung masuk ke pusat informasinya BlueMountainExplorer Terus bapak-bapak yang jaga di pusat informasi nanya: “Kamu sendirian?” Enggak lah, ada 4 orang lagi bareng aku. “Kalo gitu, kamu bawa temen-temen kamu kemari dulu, baru nanti saya jelasin.” Hmm... apaan sih? Kok mesti rame-rame segala...
Waktu akhirnya kami ngumpul, aku membawa mereka ke bapak-bapak tadi. Terus bapak-bapak tadi mengeluarkan 3 buah booklet dan menukarkannya dengan 5 tiket BlueMountainExplorer kami. Dia bilang booklet itu adalah tiket kami untuk naik bis tingkat BlueMountainExplorer. Kalo mau naik bis, kami kibas-kibaskan aja booklet itu biar pak supirnya ngeliat. 1 booklet ada yang buat berdua, ada yang sendiri. Dia juga kasih tunjuk tempat-tempat menarik yang bisa kami kunjungi selama di Blue Mountain. Bus stop nomor berapa aja dimana kami harus turun.
BlueMountainExplorer adalah bis double decker atau bis tingkat berwarna merah yang dicat seperti double deckernya Inggris. Untuk perjalanan pertama, kami naik di lantai atas. Ini pertama kalinya aku naik bis tingkat loh. Dulu kan di Jakarta ada bis tingkat PPD, cuman waktu bis tingkat itu masih jaya-jayanya, aku belum bisa naik bis sendiri. Lagipula di dekat rumahku kan gak lewat PPD.(kecuali Depok-Grogol yang sangat jarang itu kali ya).
Pemberhentian pertama adalah bus stop 9 yang berada di dekat stasiun Kereta Gantung yang menuju ke Scenic World. Kami gak mau naik kereta gantung, tapi dari dekat situ ada akses masuk ke jalan setapak yang berada di pinggir tebing-tebing Blue Mountain. Pemandangan pertama, kami nikmati dari titik yang disebut Cliff View Lookout.
Dari tempat tersebut batu yang jadi landmarknya Blue Mountain terlihat lumayan jelas. Batu itu disebut The Three Sisters, karena bentuknya yang seperti orang berjejer tiga. Aku langsung semangat pengen foto-foto dengan latar belakang The Three Sisters itu tadi, karena dalam kehidupan nyata aku kan one of another group of Three Sisters... hihihi...
Dari Cliff View Lookout, kami jalan mengikuti jalan setapak ke arah Scenic World. Sampai akhirnya keluar di jalan raya lagi, di dekat bus stop 11. Kita mulai kelaparan. DI dekat situ ada cafe sebenarnya, tapi kok gak menarik. Aku mampir dulu di toilet, yang kusebut sebagai MCK-version of Australian toilets. Agak-agak jorok relatif dibandingkan toilet-toilet lain di Australia. Udah gitu bangunannya mirip sama MCK di Buperta Cibubur.
Pak Yus akhirnya mengajak kami untuk turun terus mengikuti jalan setapak, menuju ke stasiun Scenic Railway, yang katanya jalan kereta paling curam di dunia. Hmm... seberapa curam ya? Kita liat nanti... tapi sebelumnya kami sempat berbelok dulu untuk melihat air terjun yang sepertinya sih Katoomba Cascade.
Sebenarnya kita gak boleh mendekat sampai ke pinggir air terjun, karena ada pagar pengaman yang membatasi. Tapi karena kami lihat ada bule manjat pagar itu. Pak Djoni dan Iqbal ikutan memanjat pagar biar bisa foto di dekat air terjun. Dan waktu mereka lagi mikir-mikir angle yang bagus... aku juga ikutan manjat pagar.
Jalan kaki turun terus itu jadi mengingatkan aku pada pengalaman di negeri orang yang lain lagi: Huangshan. Jadilah aku menjuluki perjalanan ini sebagai Huangshan Ketiga. Yang pertama adalah perjalanan Huangshan aslinya, yang kedua ketika turun tangga darurat akibat ancaman bom di Kwarnas, nah ini yang ketiga. Dah kebayang deh gimana sakitnya dengkulku besok pagi. Selain turun, jalan setapak itu juga penuh dengan daun-daun dan sedikit basah, karena daerah itu memang rainforest, jadi agak licin deh... hmm padahal aku gak pakek sepatu olahraga, hanya pakek sepatu sandal trepes yang biasa aku pakek buat belanja di mall, jadi gak terlalu “megang”. Lama-lama karena takut kena basah dan supaya bisa jalan dengan lebih leluasa... aku pun menggulung celana panjangku...
Setelah turun, turun, dan tuuurrruuunn menyusuri jalan setapak penuh tangga (bahkan ada tangga yang terbuat dari besi) yang disebut Furber Steps, sampai juga kami ke perbatasan Blue Mountain National Park dengan daerahnya Scenic World. Di situlah stasiun bawah dari Scenic Railway berada. Rencananya kami akan naik dari lembah ini menggunakan kereta tersebut, biar gak capek mendaki lah.
Ceritanya jalur kereta tercuram itu dulunya digunakan untuk mengangkut pekerja tambang batu bara yang bekas kantornya ada di lembah itu. Kereta yang gerbongnya minimalis, hanya terdiri dari kursi-kursi, palang-palang, plus rantai pengaman, menembus tebing batu untuk sampai ke stasiun atas yang terletak di bangunan utama Scenic World. Jaraknya sekitar 545 m dari atas ke bawah, and vice versa.
Waktu baru selesai foto-foto di sekitar kantor tambang batu bara, tiba-tiba GRUDUK! GRUDUK! GRUDUK! WAAAAA!!! (suara orang teriak). Ternyata keretanya datang DARI ATAS tebing... dekat sekali sama tempat kami berdiri. Wedeeww... kayaknya lumayan curam juga. Gimana ya rasanya naik kereta itu? Mungkin seperti naik halilintar mundur? Orang-orang yang pada turun dari kereta pada ketawa-ketawa lega... Hmm? Jadi semakin penasaran nih.
Karena semuanya sudah selesai berfoto, kami naik kereta yang menuju ke atas. Hmm... ternyata posisi duduknya jadi mundur. Gak banyak yang naik kereta bareng kami, jadi bisa milih gerbong sesukanya. Kami milih gerbong yang tengah. Pak Yus duduk paling depan, aku dan Iqbal di belakang pak Yus, pak Mahyudin dan pak Djoni di belakang kami. Keretanya jalan...
WWUUUAAAAA.... ternyata seru banget.. mengerikan tapi menyenangkan... aku gak berani ngelepas peganganku ke palang-palang besi yang tersedia di gerbong itu, teriak-teriak, tapi sambil ketawa kegirangan. Pak Yus dengan santainya balik badan terus minta kamdig buat moto kita-kita, Iqbal tadinya juga gak berani ngelepas tangannya dari besi-besi itu, tapi terus entah gimana dia berhasil mengeluarkan kamera dari tasnya, kemudian menyerahkannya ke pak Yus. Sekali jepret, goyang (ya iyalah pak... wong keretanya ngebut gitu, susah mau ambil gambar yang steady). Pas pak Yus mau jepret sekali lagi, tiba-tiba... GGEEELLLAAAPPP!!! Rupanya keretanya masuk ke terowongan menembus bukit (bukit tebing kali ya, abis curam banget gitu...). Kemudian tak lama... keretanya agak-agak ngerem dan berhenti di stasiun atas yang berada di Scenic World. Kami pun turun, kemudian membayar $10 sebelum keluar.
Wuuaaa... aku jadi merasa laaappaaarrr banget. Untung di Scenic World itu ada Skyway cafe. Langsung mesen sandwich deh... kali ini Turkey on Chiabatta. Turkey itu daging kalkun dibikin lembaran-lembaran seperti smoked beef, terus dibuat sandwich dengan menggunakan roti Chiabatta. Entahlah roti Chiabatta itu asalnya darimana, pokoknya bentuknya seperti bantal dan rasanya sedikit asam. Kalo di Jakarta kadang bisa ditemukan dalam ukuran lebih kecil di Carrefour. Minumnya? Kebetulan sebelum pesen makanan, aku sempet ngelirik ke kulkasnya cafe itu, sepertinya ada botol Coca Cola dengan tutup dan label warna putih. Langsung deh pesen minuman itu: Coca Cola Vanilla!! Aku aslinya gak begitu seneng minum soft drink yang bersoda-soda gitu, tapi aku suka Coca Cola Vanilla. Barang itu gak ada di Jakarta, kalopun ada itu pasti impor yang harganya males banget.
Lagi-lagi dikasih pager seperti waktu di SharkBites. Emang praktis sih... jadi gak perlu pelayan, tapi juga gak perlu teriak-teriak manggil tamu yang pesenannya sudah siap. Karena tenaga kerja mahal, jadi emang harus menggunakan teknologi.
Selesai makan, kami keluar dari Scenic World, kemudian naik bis tingkat lagi. Kali ini tujuannya adalah ke Bus Stop 13, di dekatnya Blue Mountains Chocolate Shop. Di situ boleh cicip-cicip coklat kecil-kecil yang rasa standar: milk choc, dark choc, dan white choc. Aku hanya beli 1 bar dark chocolate (standarnya aku juga... hehehe). Abis itu kita lanjut jalan kaki menuju ke The Echo Point. Titik Pemandangan yang lain.
Dari Echo Point ini, The Three Sisters keliatan jelas sekali. Pokoknya keren banget buat foto deh... hehehehe... apalagi mataharinya lagi mencrang-mencrangnya...
Setelah puas poto-poto di Echo Point, kami naik double decker lagi. Pemberhentian berikutnya di Bus Stop 18. Ceritanya mau liat Gordon Falls. Tapi ternyata dari Gordon Falls Lookout pemandangan ke Gordon Falls-nya sendiri gak terlalu bebas. Mungkin ada jalan setapak lagi menuju ke sana, tapi yang pasti kami udah pada mulai teler. Sakit dengkul bookk...
Akhirnya kami jalan kaki ke Bus Stop 19, karena di situ ada Toys & Railway Museum. Sambil foto-foto di depan villa-villa yang kami lewati. Ternyata akhirnya gak jadi masuk ke museum yang tadi, abis masuknya bayar. Kirain gretong... (hehehe... dasar turis ngirit).
Naik bis tingkat lagi... kali ini berhenti di Bus Stop 21. Obyeknya adalah Leura Village. Ada deretan toko-toko gitu deh... yang pertama kukunjungi adalah: Cafe Josophan’s. Katanya bapak-bapak yang di pusat informasi BlueMountainExplorer, cafe itu menyajikan cokelat yang paling enak di seluruh dunia. Jadi aku beli segelas Hot Chocolate. Enak sih emang... tapi apakah itu yang paling enak di seluruh dunia? Aku gak tauk sih...
Setelah selesai minum coklat, ke toilet, dan mencari-cari Iqbal yang tiba-tiba menghilang... aku berkumpul dengan yang lain, terus kami pun berjalan menuju stasiun Leura. Kami akan naik kereta untuk kembali ke Sydney dari stasiun Leura itu.
Setelah menunggu di stasiun Leura, kami naik kereta jam 5.28. Tidur dengan suksesnya di kereta. Capek banget, tapi puasss....
Dua jam kemudian sampai di Sydney, masih agak-agak terang gitu. Kami berhenti di Central, dan tidak meneruskan perjalanan ke Museum, melainkan malah berjalan kaki menuju World Square, shopping center di antara Goulburn St., George St., dan Pitt St. Menurutku sih not a very wise decision, mendingan naik kereta ke Museum dulu baru jalan... ini jalannya kejauhan, kita kan abis seharian jalan... udah gitu mana hujan rintik-rintik pula. Kali ini hujan betulan, bukan drizzle.
Sampai ke World Square, mencari Hot Dollar, semacam toko lima ribuan gitu. Di situ memang banyak barang-barang oleh-oleh Australia. Tadinya aku gak berminat. Tapi terus kupikir... kapan lagi sempatnya... mendingan waktu lain dipakek buat jalan-jalan daripada belanja. Nah, waktu di World Square ini aku sempet masuk sebentar ke Dymocks cabang World Square. Pas aku masuk... kayak ada sesuatu yang aneh. Ternyata... toko itu memutar musik sunda yang biasa diperdengarkan di restoran kuring!!
Setelah belanja ol-ol, tadinya mau cari resto yang jualan nasi, tapi sepertinya sudah tutup. Akhirnya cari KFC di George St. Makanlah kami dengan Ayam Fillet-nya KFC + Chips-nya yang enak itu. Abis itu pulang ke hotel.
Sampai di hotel ternyata harus bayar hotel untuk bukingan 3 hari berikutnya. Bayar cash pula. Waaatttaaa... untungnya pak Mahyudin banyak bawa Australian Dollar, jadi kita rame-rame minjem ke pak Mahyudin dulu.
Hari ini jam 8 kami sudah berangkat dari hotel. Tujuan pertama adalah stasiun Central. Di stasiun Central, kami keluar dari peron untuk ke loket dan membeli tiket BlueMountainLink. Jadi dengar membayar $48.80 per orang, kita bisa dapat tiket kereta pulang-pergi dari Central ke stasiun Katoomba, plus tiket bus tingkat BlueMountainExplorer yang akan membawa kami keliling daerah Blue Mountains.
Setelah dapat tiketnya, kami masuk lagi ke peron untuk Intercity Train. Ternyata keretanya masih ½ jam lagi. Masih banyak waktu untuk cari toilet. Aku menghilang sebentar untuk cari toilet. Yang ternyata jauh juga... dan harus pakek keluar peron.
Waktu aku balik lagi ke atas, Iqbal dan pak Djoni lagi panik di pintu tiket gara-gara tiketnya pak Djoni tertelan oleh mesin tiket (salah masukin tiket). Untung ibu-ibu yang jaga mau bukain mesin tiket, dan kami pun mencari tiket yang tertelan itu dan kemudian berhasil menemukannya.
Jam 9.55 keretanya jalan. Perjalanannya 2 jam. Di tengah perjalanan, ada pemeriksaan tiket. Kondekturnya mas-mas dengan pakaian seragam celana pendek. Hihihi... Kami menembus daerah pinggiran kota Sydney, kemudian keluar kota, hingga akhirnya mencapai daerah perbukitan. Sepanjang perjalanan beberapa kali melihat orang keluar masuk kereta dengan membawa sepeda MTB. Dan buat mereka, itu hal lumrah aja... gak perlu pakek acaranya ngasih tips ke kondekturnya seperti di sini (itu pun kalo ada kondekturnya... selama di Sydney, baru sekali ini liat kondektur).
Hal lain yang jadi perhatian adalah... selama perjalanan 2 jam itu, kami hanya sekali melewati persimpangan kereta – jalan umum yang memakai palang pintu. Sisanya menggunakan terowongan atau flyover. Terus juga keberadaan BTS... Sinyal handphone penuh terus, tapi bangunan-bangunan di sana gak mirip rambut jabrik seperti bangunan di sini yang penuh antena.
Kami turun di stasiun Katoomba. Aku segera keluar dari stasiun, gak tauk yang lain mungkin foto-foto dulu kali, lama banget gak muncul-muncul. Aku langsung masuk ke pusat informasinya BlueMountainExplorer Terus bapak-bapak yang jaga di pusat informasi nanya: “Kamu sendirian?” Enggak lah, ada 4 orang lagi bareng aku. “Kalo gitu, kamu bawa temen-temen kamu kemari dulu, baru nanti saya jelasin.” Hmm... apaan sih? Kok mesti rame-rame segala...
Waktu akhirnya kami ngumpul, aku membawa mereka ke bapak-bapak tadi. Terus bapak-bapak tadi mengeluarkan 3 buah booklet dan menukarkannya dengan 5 tiket BlueMountainExplorer kami. Dia bilang booklet itu adalah tiket kami untuk naik bis tingkat BlueMountainExplorer. Kalo mau naik bis, kami kibas-kibaskan aja booklet itu biar pak supirnya ngeliat. 1 booklet ada yang buat berdua, ada yang sendiri. Dia juga kasih tunjuk tempat-tempat menarik yang bisa kami kunjungi selama di Blue Mountain. Bus stop nomor berapa aja dimana kami harus turun.
BlueMountainExplorer adalah bis double decker atau bis tingkat berwarna merah yang dicat seperti double deckernya Inggris. Untuk perjalanan pertama, kami naik di lantai atas. Ini pertama kalinya aku naik bis tingkat loh. Dulu kan di Jakarta ada bis tingkat PPD, cuman waktu bis tingkat itu masih jaya-jayanya, aku belum bisa naik bis sendiri. Lagipula di dekat rumahku kan gak lewat PPD.(kecuali Depok-Grogol yang sangat jarang itu kali ya).
Pemberhentian pertama adalah bus stop 9 yang berada di dekat stasiun Kereta Gantung yang menuju ke Scenic World. Kami gak mau naik kereta gantung, tapi dari dekat situ ada akses masuk ke jalan setapak yang berada di pinggir tebing-tebing Blue Mountain. Pemandangan pertama, kami nikmati dari titik yang disebut Cliff View Lookout.
Dari tempat tersebut batu yang jadi landmarknya Blue Mountain terlihat lumayan jelas. Batu itu disebut The Three Sisters, karena bentuknya yang seperti orang berjejer tiga. Aku langsung semangat pengen foto-foto dengan latar belakang The Three Sisters itu tadi, karena dalam kehidupan nyata aku kan one of another group of Three Sisters... hihihi...
Dari Cliff View Lookout, kami jalan mengikuti jalan setapak ke arah Scenic World. Sampai akhirnya keluar di jalan raya lagi, di dekat bus stop 11. Kita mulai kelaparan. DI dekat situ ada cafe sebenarnya, tapi kok gak menarik. Aku mampir dulu di toilet, yang kusebut sebagai MCK-version of Australian toilets. Agak-agak jorok relatif dibandingkan toilet-toilet lain di Australia. Udah gitu bangunannya mirip sama MCK di Buperta Cibubur.
Pak Yus akhirnya mengajak kami untuk turun terus mengikuti jalan setapak, menuju ke stasiun Scenic Railway, yang katanya jalan kereta paling curam di dunia. Hmm... seberapa curam ya? Kita liat nanti... tapi sebelumnya kami sempat berbelok dulu untuk melihat air terjun yang sepertinya sih Katoomba Cascade.
Sebenarnya kita gak boleh mendekat sampai ke pinggir air terjun, karena ada pagar pengaman yang membatasi. Tapi karena kami lihat ada bule manjat pagar itu. Pak Djoni dan Iqbal ikutan memanjat pagar biar bisa foto di dekat air terjun. Dan waktu mereka lagi mikir-mikir angle yang bagus... aku juga ikutan manjat pagar.
Jalan kaki turun terus itu jadi mengingatkan aku pada pengalaman di negeri orang yang lain lagi: Huangshan. Jadilah aku menjuluki perjalanan ini sebagai Huangshan Ketiga. Yang pertama adalah perjalanan Huangshan aslinya, yang kedua ketika turun tangga darurat akibat ancaman bom di Kwarnas, nah ini yang ketiga. Dah kebayang deh gimana sakitnya dengkulku besok pagi. Selain turun, jalan setapak itu juga penuh dengan daun-daun dan sedikit basah, karena daerah itu memang rainforest, jadi agak licin deh... hmm padahal aku gak pakek sepatu olahraga, hanya pakek sepatu sandal trepes yang biasa aku pakek buat belanja di mall, jadi gak terlalu “megang”. Lama-lama karena takut kena basah dan supaya bisa jalan dengan lebih leluasa... aku pun menggulung celana panjangku...
Setelah turun, turun, dan tuuurrruuunn menyusuri jalan setapak penuh tangga (bahkan ada tangga yang terbuat dari besi) yang disebut Furber Steps, sampai juga kami ke perbatasan Blue Mountain National Park dengan daerahnya Scenic World. Di situlah stasiun bawah dari Scenic Railway berada. Rencananya kami akan naik dari lembah ini menggunakan kereta tersebut, biar gak capek mendaki lah.
Ceritanya jalur kereta tercuram itu dulunya digunakan untuk mengangkut pekerja tambang batu bara yang bekas kantornya ada di lembah itu. Kereta yang gerbongnya minimalis, hanya terdiri dari kursi-kursi, palang-palang, plus rantai pengaman, menembus tebing batu untuk sampai ke stasiun atas yang terletak di bangunan utama Scenic World. Jaraknya sekitar 545 m dari atas ke bawah, and vice versa.
Waktu baru selesai foto-foto di sekitar kantor tambang batu bara, tiba-tiba GRUDUK! GRUDUK! GRUDUK! WAAAAA!!! (suara orang teriak). Ternyata keretanya datang DARI ATAS tebing... dekat sekali sama tempat kami berdiri. Wedeeww... kayaknya lumayan curam juga. Gimana ya rasanya naik kereta itu? Mungkin seperti naik halilintar mundur? Orang-orang yang pada turun dari kereta pada ketawa-ketawa lega... Hmm? Jadi semakin penasaran nih.
Karena semuanya sudah selesai berfoto, kami naik kereta yang menuju ke atas. Hmm... ternyata posisi duduknya jadi mundur. Gak banyak yang naik kereta bareng kami, jadi bisa milih gerbong sesukanya. Kami milih gerbong yang tengah. Pak Yus duduk paling depan, aku dan Iqbal di belakang pak Yus, pak Mahyudin dan pak Djoni di belakang kami. Keretanya jalan...
WWUUUAAAAA.... ternyata seru banget.. mengerikan tapi menyenangkan... aku gak berani ngelepas peganganku ke palang-palang besi yang tersedia di gerbong itu, teriak-teriak, tapi sambil ketawa kegirangan. Pak Yus dengan santainya balik badan terus minta kamdig buat moto kita-kita, Iqbal tadinya juga gak berani ngelepas tangannya dari besi-besi itu, tapi terus entah gimana dia berhasil mengeluarkan kamera dari tasnya, kemudian menyerahkannya ke pak Yus. Sekali jepret, goyang (ya iyalah pak... wong keretanya ngebut gitu, susah mau ambil gambar yang steady). Pas pak Yus mau jepret sekali lagi, tiba-tiba... GGEEELLLAAAPPP!!! Rupanya keretanya masuk ke terowongan menembus bukit (bukit tebing kali ya, abis curam banget gitu...). Kemudian tak lama... keretanya agak-agak ngerem dan berhenti di stasiun atas yang berada di Scenic World. Kami pun turun, kemudian membayar $10 sebelum keluar.
Wuuaaa... aku jadi merasa laaappaaarrr banget. Untung di Scenic World itu ada Skyway cafe. Langsung mesen sandwich deh... kali ini Turkey on Chiabatta. Turkey itu daging kalkun dibikin lembaran-lembaran seperti smoked beef, terus dibuat sandwich dengan menggunakan roti Chiabatta. Entahlah roti Chiabatta itu asalnya darimana, pokoknya bentuknya seperti bantal dan rasanya sedikit asam. Kalo di Jakarta kadang bisa ditemukan dalam ukuran lebih kecil di Carrefour. Minumnya? Kebetulan sebelum pesen makanan, aku sempet ngelirik ke kulkasnya cafe itu, sepertinya ada botol Coca Cola dengan tutup dan label warna putih. Langsung deh pesen minuman itu: Coca Cola Vanilla!! Aku aslinya gak begitu seneng minum soft drink yang bersoda-soda gitu, tapi aku suka Coca Cola Vanilla. Barang itu gak ada di Jakarta, kalopun ada itu pasti impor yang harganya males banget.
Lagi-lagi dikasih pager seperti waktu di SharkBites. Emang praktis sih... jadi gak perlu pelayan, tapi juga gak perlu teriak-teriak manggil tamu yang pesenannya sudah siap. Karena tenaga kerja mahal, jadi emang harus menggunakan teknologi.
Selesai makan, kami keluar dari Scenic World, kemudian naik bis tingkat lagi. Kali ini tujuannya adalah ke Bus Stop 13, di dekatnya Blue Mountains Chocolate Shop. Di situ boleh cicip-cicip coklat kecil-kecil yang rasa standar: milk choc, dark choc, dan white choc. Aku hanya beli 1 bar dark chocolate (standarnya aku juga... hehehe). Abis itu kita lanjut jalan kaki menuju ke The Echo Point. Titik Pemandangan yang lain.
Dari Echo Point ini, The Three Sisters keliatan jelas sekali. Pokoknya keren banget buat foto deh... hehehehe... apalagi mataharinya lagi mencrang-mencrangnya...
Setelah puas poto-poto di Echo Point, kami naik double decker lagi. Pemberhentian berikutnya di Bus Stop 18. Ceritanya mau liat Gordon Falls. Tapi ternyata dari Gordon Falls Lookout pemandangan ke Gordon Falls-nya sendiri gak terlalu bebas. Mungkin ada jalan setapak lagi menuju ke sana, tapi yang pasti kami udah pada mulai teler. Sakit dengkul bookk...
Akhirnya kami jalan kaki ke Bus Stop 19, karena di situ ada Toys & Railway Museum. Sambil foto-foto di depan villa-villa yang kami lewati. Ternyata akhirnya gak jadi masuk ke museum yang tadi, abis masuknya bayar. Kirain gretong... (hehehe... dasar turis ngirit).
Naik bis tingkat lagi... kali ini berhenti di Bus Stop 21. Obyeknya adalah Leura Village. Ada deretan toko-toko gitu deh... yang pertama kukunjungi adalah: Cafe Josophan’s. Katanya bapak-bapak yang di pusat informasi BlueMountainExplorer, cafe itu menyajikan cokelat yang paling enak di seluruh dunia. Jadi aku beli segelas Hot Chocolate. Enak sih emang... tapi apakah itu yang paling enak di seluruh dunia? Aku gak tauk sih...
Setelah selesai minum coklat, ke toilet, dan mencari-cari Iqbal yang tiba-tiba menghilang... aku berkumpul dengan yang lain, terus kami pun berjalan menuju stasiun Leura. Kami akan naik kereta untuk kembali ke Sydney dari stasiun Leura itu.
Setelah menunggu di stasiun Leura, kami naik kereta jam 5.28. Tidur dengan suksesnya di kereta. Capek banget, tapi puasss....
Dua jam kemudian sampai di Sydney, masih agak-agak terang gitu. Kami berhenti di Central, dan tidak meneruskan perjalanan ke Museum, melainkan malah berjalan kaki menuju World Square, shopping center di antara Goulburn St., George St., dan Pitt St. Menurutku sih not a very wise decision, mendingan naik kereta ke Museum dulu baru jalan... ini jalannya kejauhan, kita kan abis seharian jalan... udah gitu mana hujan rintik-rintik pula. Kali ini hujan betulan, bukan drizzle.
Sampai ke World Square, mencari Hot Dollar, semacam toko lima ribuan gitu. Di situ memang banyak barang-barang oleh-oleh Australia. Tadinya aku gak berminat. Tapi terus kupikir... kapan lagi sempatnya... mendingan waktu lain dipakek buat jalan-jalan daripada belanja. Nah, waktu di World Square ini aku sempet masuk sebentar ke Dymocks cabang World Square. Pas aku masuk... kayak ada sesuatu yang aneh. Ternyata... toko itu memutar musik sunda yang biasa diperdengarkan di restoran kuring!!
Setelah belanja ol-ol, tadinya mau cari resto yang jualan nasi, tapi sepertinya sudah tutup. Akhirnya cari KFC di George St. Makanlah kami dengan Ayam Fillet-nya KFC + Chips-nya yang enak itu. Abis itu pulang ke hotel.
Sampai di hotel ternyata harus bayar hotel untuk bukingan 3 hari berikutnya. Bayar cash pula. Waaatttaaa... untungnya pak Mahyudin banyak bawa Australian Dollar, jadi kita rame-rame minjem ke pak Mahyudin dulu.
1 comment:
perjalanan yang hebat
Post a Comment