Saturday, July 09, 2005

Shanghai


Shanghai bisa dibilang kota paling modern, paling sibuk, paling ruwet. Lalu lintasnya terlihat ruwet (padahal enggak loh), jalan layangnya saling-silang di sana-sini, pusing liatnya. Bener2 meliuk-liuk, sampe banyak jalan layang yang nempel ama gedung.


Mereka punya kawasan kota tua (gedungnya tua-tua, dengan arsitektur Eropa) dan kota baru (Pu Dong). Keduanya dipisahkan oleh sungai Huang Pu. Gedung2 tua itu sengaja dikasih lighting pake spotlight, biar terlihat cantik di malam hari. Terus dijual-lah wisata ”Berlayar di Sungai Huang Pu” untuk melihat kecantikan gedung2 itu.


Landmark kota Shanghai adalah Oriental Pearl TV Tower, tingginya 400 meter lebih. Merupakan menara TV nomor 3 tertinggi di dunia. Di sebelahnya ada menara Grand Hyatt, terdiri dari 88 lantai, dari lantai 1-52 diisi kantor, sedangkan lantai 53 keatas berisi hotel Hyatt.... Huuuaaa.... piye yo rasane turu ning lantai 88?? (gambar di kanan adalah hotel Hyatt dilihat dari TV Tower)


Tempat untuk wisatawan di TV Tower adalah di ketinggian 263 meter. Kalo dari luar, itu adalah di buletan kedua. Untuk mencapai ketinggian itu, kita menggunakan lift yang hanya butuh 42 detik. Wuah, langsung pengeng kupingku....

Di seberangnya ada Shanghai Bund, dulunya ini tempat mafia-mafia kota Shanghai bertransaksi. Sekarang? Jadi tempat pacaran! Hueheheheheh... nama lainnya adalah Tembok Pacaran.


Salah satu ”atraksi” lainnya di Shanghai adalah Maglev Train. Kereta cepat yang menuju airport. Jarak 35 km ditempuh dalam waktu 7 menit saja. Kecepatan maksimumnya 431 km/jam. Tapi dia cuma bertahan 50 detik saja di kecepatan itu, maklum lah jaraknya dekat sih... keburu mesti ngerem. Kalo belok, relnya miring, jadi keretanya ikut miring, kayak sirkuit balap sepeda gitu deh... Hmmm... kayak naik jet coaster lah. Pas papasan sama kereta dari jalur sebaliknya, bunyinya cuma boing-boing sedetik aja.


Terus ada juga Yuyuan Garden, dulunya adalah rumah yang dibangun oleh gubernur untuk bapaknya. Pembangunannya memakan waktu 18 tahun. Tapi bapaknya itu gak sempet meninggali rumah itu. Rumah mewah lah ceritanya... Nah, di sekitar Yuyuan Garden itu banyak toko souvenir... lucu-lucu barangnya. Dan relatif murah sih...

Untuk para pecinta belanja, ada Nanjing Road. Nanjing Road itu sejenis Orchard Road kalo di Singapore. Kalo di Indonesia? Apa ya? Pasar Baru kali… tapi dalam skala jauh lebih besar loh… Tadinya aku berencana mau berburu alat musik di Nanjing Rd. But apa yang terjadi... Nanjing Rd terlalu panjang, tulisannya kanji semua, mau nemuin toko musik aja gak bisa. Aku sempet nemu toko musik sih di gang gak jauh dari Nanjing Rd. Tapi dia hanya punya Tenor Sax. Selain aku gak cari Tenor Sax, yang jualan juga blas ora iso boso Inggris. Waduh... piye iki... Gimana mau nanya2 atau nawar. Ya sudah bubye music instrument... aku beli di tempat lain saja. Ternyata bukan hanya aku yang gak berselera belanja di Nanjing Rd, peserta tur lainnya juga hanya duduk-duduk aja, mereka masuk 1-2 toko, terus sisanya leyeh-leyeh sampe waktu makan malam. Abis bahan belanjaan di situ mirip-mirip aja kayak di Jakarta, gak murah2 banget lagi. Wah ya gak usah jauh2 ke Shanghai kalo gitu. Di Mangdu saja.

No comments: