Saturday, July 09, 2005

Huangshan


Huangshan adalah kota kecil, sekitar 3 ½ jam dari Hangzhou. Yang istimewa dari Huangshan adalah gunungnya yang katanya adalah gunung terindah di dunia. Terindah? Ya gak tauk... belum liat yang lain sih, tapi memang indah sekali kok. Daerah Huangshan dipergunakan untuk shooting film Crouching Tiger, Hidden Dragon.

Sepanjang perjalanan dari kota Huangshan ke gunung Huangshan, pemandangannya bukit-bukit, hutan cemara, hutan bamboo. Anehnya, udaranya sumuk, jadi agak gak matching antara pemandangan dan suhu udara....


Hutan bamboo di China berbeda dengan rumpun bambu di Indonesia. Kalo di Indonesia kan rumpun bambu rapet-rapet dan terkadang angker. Sedangkan di China, bambunya berdiri sendiri-sendiri, jarang2, daunnya lebih halus dan batangnya lebih lentur.


Untuk menuju puncak gunung, kita naik Cable Car. Kapasitasnya 50 orang. Lama perjalanan adalah 13 menit. Kalo jalan kaki sih bisa aja, lewat jalan setapak, kira-kira memakan waktu 3 jam untuk naik.


Waktu naik cable car, kita lewat di atas pohon2 cemara, hihi... serasa film Crouching Tiger, waktu kejar2an di hutan cemara. Yang di foto itu adalah stasiun cable car difoto dari atas cable car. Tapi sayang, lagu backgroundnya gak mendukung. Payah tuh, petugas cable carnya muter lagu cengeng....


Gunung Huangshan tingginya hanya 1600-an meter, tapi kelihatannya tinggi banget karena gunungnya tersusun dari granit yang menjulang dan membentuk jurang2 yang dalam. Di daerah sini terkenal dengan lautan kabutnya (terutama pada saat winter atau musim2 lain selain summer), jadi kayak Negeri di Awan dunk...


Dari stasiun cable car yang di puncak (namanya Yungu Cable Car Station), kita masih mesti jalan kaki lagi ke hotel. Di gunung Huangshan ini tidak ada kendaraan (bahkan sepeda ontel pun gak ada), semua harus dilakukan dengan berjalan kaki. Untuk bawa bahan makanan, bahan bangunan, dan perlengkapan lainnya ke hotel-hotel yang ada di puncak gunung, harus menggunakan kuli barang. Ada 3 jenis kuli pengangkut di gunung Huangshan:
- Kuli Angkut Barang Logistik, tugasnya mengangkut bahan makanan, bahan bangunan, dan perlengkapan lainnya dari pintu masuk kawasan gunung Huangshan ke puncak gunung, melalui jalan setapak (gak naik Cable Car). (gambar kiri) Karena diangkut dengan menggunakan tenaga manusia, maka harga barang di atas gunung 2 kali lipat daripada di bawah. Oya, di lobi hotel tempat kita menginap, ada piano loh... Gimana ngangkutnya ya???
- Kuli Angkut Bagasi, tugasnya mengangkut bagasi-bagasi milik wisatawan. Tarifnya dari stasiun cable car ke hotel RMB 20 (kira2 setengah jam perjalanan). Kalo kita sih gak pake jasa kuli angkut bagasi, karena bawaan kita dikit, koper2 dititip di hotel di kota Huangshan. Aku cuma bawa 1 stel pakaian ganti, 1 stel pakaian tidur, dan pakaian dalam, plus air minum, topi, payung, dan kosmetik.
- Kuli Angkut Orang, yang ini tugasnya mengangkut para wisatawan yang tidak kuat berjalan kaki. Pake tandu, kayak tandu Jenderal Sudirman. Yang angkut 2 orang. Tarifnya? Dari Cable Car Station ke hotel RMB 150. (gambar kanan)


Untuk berjalan-jalan di gunung Huangshan, kita membeli walking stick dari kayu pinus. Harganya RMB 2. Walking stick itu benar2 sumber hiburan, aku akan ceritakan di posting terpisah.

Kita menginap semalam saja di atas, paginya waktu mencoba liat sunrise... anginnya kencang sekali... rasanya kayak mau dibawa terbang. Dan... apa akibatnya? Karena angin kencang itu, hari itu cable car tidak jalan.... HUUAAAAA.... jadi kita terpaksa turun gunung lewat jalan setapak... Kelihatannya sih enak, tinggal turun aja, tapi ternyata cukup tidak nyaman juga.... Aku paling takut sama:
1. Angin kencang. Takut jatuh karena ketiup :-D
2. Tangga turun yang panjang gak ada jedanya. Takut gak bisa ngerem.
3. Orang yang turun tangga sambil lari2/loncat2. Takut ketabrak terus jatuh berguling-guling.
4. Anak tangga yang permukaannya sempit. Takut kehilangan pijakan.
5. BOING!! Apa sih boing itu? Boing adalah sebutanku untuk barang2 yang dibawa oleh kuli angkut barang logistik. Misalnya laundry, bahan bangunan, makanan. Jalan setapaknya gak lebar. Semua orang lewat situ, ya para kuli, ya wisatawan. Jadi para kuli sering gak sengaja menyenggolkan barang bawaannya ke orang sekitarnya. Nah barang itu kan berat banget, kita bisa jatuh kalo kesenggol. Dalam bayanganku, pada saat barang itu menyenggol sesuatu, bunyinya: BOING!!


Rasanya gak nyampe-nyampe ke pintu masuk/keluar, padahal dengkul-e wis amoh, jalannya sampe ngangkang... Akhirnya setelah 2 jam 20 menit sampai juga di pintu masuk kawasan itu (gambar kiri). Kira2 butuh waktu 4 jam kurang untuk menunggu rombongan tur kita komplit. Hebat juga para peserta tur yang lain, udah pada sepuh-sepuh tapi akhirnya sampai dengan selamat dan sukses di pintu keluar (gambar kanan). Habisnya gimana lagi... kalo pake tandu, mahal sekali... RMB 1100 untuk turun gunung (sekitar Rp.1,5 juta).

Oya, di Huangshan makanan khasnya adalah sejenis ikan wader. Love it so much!! Ikan wader adalah ikan kesukaanku, merupakan ikan sungai yang kecil-kecil. Biasanya aku makan kalo ke Yogya. Tempat lain yang ada wadernya juga adalah Palembang. Katanya di sungai Batanghari juga ada. Lha ini... ternyata di Huangshan juga ada!!

Pengalaman Huangshan ini paling tak terlupakan lah... Sampe2 walking stick-walking stick kita yang setia menemani selama turun gunung, dibela-belain dibawa pulang ke Indonesia… Seneng banget waktu liat bungkusan walking stick itu keluar dari ban berjalan bagasi pesawat dalam keadaan utuh (di Soekarno-Hatta).

2 comments:

Anggi said...

Huang Shan seru!! Telat amat sih ngisi commentnya? Setelah hampir setahun perjalanan terjadi. he....he Coba di sana bisa lebih lama? Tapi capek juga ya jalan naik-turun terus gitu? Si snooret sih enak, dalam tas, tinggal ikutan doang.

Peter Chandra said...

Wah saya tulisan yang bagus sekali. ingin tahu lebih dekat gimana caranya ke sana secara murah meriah