Tahun 2005-2006, aku pernah menghabiskan malam tahun baru di Singapore. Jadi sebenernya sudah tahu kalau menjelang akhir tahun, Singapore itu penuh. Tapi ternyata kali ini makin penuh, meskipun masih sebelum Natal. Mungkin karena makin banyak budget airlines yang bisa dipilih.
Keliling Shopping Centre
Selama 7 hari 7 malam di Singapore, aku menyempatkan diri mengunjungi.... 13 shopping centre. Jadi ini dia listnya:
Senin: 313@Sommerset, Raffles City (depan hotel), Marina Square
Selasa: Mustafa Centre, City Square, Plaza Singapura
Rabu: ION Orchard, Wisma Atria, Ngee Ann City
Kamis : Bugis Junction
Jum'at : ION Orchard, Lucky Plaza, Raffles City, CityLink
Sabtu : (balik lagi ke) ION, Wisma Atria, Ngee Ann, 313@Sommerset
Minggu: Shoppe @ Marina Bay Sands
Gara-gara keliling mall, berat jadi turun 1 kg. Tapi kaki dan pinggang jadi memanggil-manggil spa therapist.
Ya kalo tokonya sih gitu-gitu aja, meskipun kalo lagi diskon bisa harganya lebih "banting" daripada diskonan di Endonesa. Kalo harga reguler sih malah lebih mahal dari di Endonesa (gara-gara kurs rupiah ke mata uang asing lagi rendah... huh...).
Jadi yang menyenangkan adalah mayoritas mall di sana punya shop directory yang lengkap dan banyak (kecuali Mustafa Centre dan Lucky Plaza keknya sih). Jadi kalau mencari toko tertentu, kita mudah menemukannya, gak buang-buang waktu dan tenaga. Paling demen sama shop directory-nya ION Orchard. Interactive dan bisa ngasih petunjuk arah dari tempat kita berdiri ke toko tertentu.
Aku sendiri bukan maniak belanja, tapi kemarin ini terhitung belanja cukup banyak (untuk standard-ku) sehingga tas-nya beranak sebanyak 1 hand-carry bag (masih untung bukan kopernya yg beranak). Karena tujuan utamanya pergi untuk kursus, jadi sudah pasti bawaannya bertambah dengan buku-buku kursus (3 eksemplar). Trus belanjaannya oleh-oleh buat keluarga terdekat, oleh-oleh makanan buat di kantor, sama barang belanjaan pribadi. Barang belanjaan pribadi-nya "cuman" : 2 pasang sepatu, 3 sport bra (ini doang kok yang agak kalap), 1 tank top, sama 1 set skin care merk Neutrogena. Itu udah banyak kalo buat aku.
Makan, makan, dan makan...
Waktu berangkat dari Jakarta, niatannya emang: aku pengen makan makanan khas Singapore. Sebisa-bisanya menghindari big-chain fast food macemnya McD, Burger King, dan KFC. Karena kalo begituan di Jakarta juga banyak.
Jadi: makan apa aja aku selama di sana?
1) Nasi Lemak-nya Old Chang Kee, yang ini disediakan oleh training provider. Maksudnya sih buat snack pagi, tapi karena porsinya gede, ya aku makan buat makan siang deh. Old Chang Kee sudah ada di Senayan City, tapi biasanya aku hanya makan Curry Puff (pastel) sama Milo Dino aja di sini.
2) Milo Dinosaurs! Entah berapa gelas. Aku biasa minum Milo Dino di Old Chang Kee Sency, tapi Old Chang Kee yang ada Singapore malah gak jualan Milo Dino. Ternyata Milo Dino di Singapore lebih enak dibanding di Endonesa. Hari Rabu setelah kembali ke Jakarta, aku minum Milo Dino di Ah Mei Pejaten Village. Hmm... rasanya beda, kurang kreos-kreos. Perbedaan ini bisa terjadi karena bubuk Milo yang dijual di tiap negara punya variasi kualitas. Sepertinya yang versi Indonesia lebih halus dan mudah larut, jadi kurang kreos-kreos.
3) Chicken Rice alias Nasi Ayam Hainam. Yang ini makan di food court Golden Shoe di dekat tempat kursus. Murah meriah dan enak.
4) Kaya Toast @ Ya Kun Kaya. Ini juga ada di Endonesa sih... tapi berhubung ini makanan khas Singapore, jadi harus makan di tempat asalnya.
5) Laksa Yong Tow Foo. Jadi isinya yong tau fu, tapi kuahnya laksa. Kenyang jaya makan ini, mungkin karena kuahnya santan.
6) Soup Yong Tau Fu. Ini versi asli dari yong tau fu, yang pake kuah kaldu ayam. Yang menarik, ternyata kios-kios yong tau fu itu mayoritas menulis bahwa masakannya tidak mengandung babi ataupun turunannya.
7) Hongkong Sytle Fried Beancurd. Yang ini bukan khas Singapore, tapi aku beli di salah satu kios Yong Tau Fu di Bugis. Tertarik sama gambarnya, kayaknya enak kreos-kreos. Ternyata? Ya enak sih... tapi di rumah ada makanan yang persis kayak begitu, namanya: Tahu Campur.
8). Parottha Meal @ Komalas. Makanan india! Karena sebagian penduduk Singapore berasal dari etnis India, jadi makan makanan India di Singapore itu harus. Apalagi kebanyakan resto India itu vegetarian. Nah ternyata kari untuk roti prata di resto India itu lebih sadis dibandingkan kari-nya roti cane-nya orang melayu. Peeedddeessss.... pisan. Tapi ketika aku kepedesan, bapak-bapak India di depanku malah nambah (ya iyalah... itu kan makanan rumahnya dia). Tapi biarpun kepedesan, aku mau mengulang kunjungan ke Komala lagi.
9) Yoshinoya. ini mah bukan khas Singapore ya, tapi udah kepepet kelaparan dan gak liat yang lain yang lebih menarik di tempat aku lagi berdiri.
10) Bibimbab. Ini juga bukan khas Singapore, tapi aku jarang makan makanan korea, dan kalo pas nemu Bibimbab dengan harga terjangkau, pasti kepengen. Yang ini menarik pengalaman mencarinya: Sambil nunggu Omla di Raffles City, aku nyoba nyari tempat makan yang gak terlalu penuh, menarik, dan sepertinya gak mengandung babi. Ternyata semua tempat di Raffles City penuh jaya. Akhirnya aku jalan ke stasiun Esplanade (via lorong bawah tanah antar Mall/Stasiun MRT). Di dekatnya ada food court kecil. Di situ ada kios makanan jepang dan korea yang masang stiker sertifikasi halal gede banget. Dan di sebelahnya ada kios minuman jual Milo Dino. Bibimbab + Milo Dino adalah kombinasi sempurna. Hajar deh....
11) Pita Pan. Nah yang ini makanan khas Mediterania. makanannya roti pita, hummus, falafel, gitu-gitu deh. Bukan khas Singapore juga. Falafelnya enak, tapi aku merasa lebih cocok sama makanan India.
12) Supper @ Charlie Brown Cafe. Ini makanan barat, yang bikin khas adalah Charlie Brown-nya. Kapan lagi bisa makan bareng Snoopy and Friends?
Jadi, selama beberapa hari di sana, aku berusaha untuk makan malam lebih awal. Karena menurut perkiraanku, kalau makan pas jam makan malam pasti akan penuh sekali. Ternyata... waktu jalan di Ngee Ann City hari Rabu, jam 6 (harusnya di luar masih terang, sama dengan jam 5 di Jakarta) aku menuju ke food court di basement. Jreng! Jreng! Waks... food courtnya peennnnuuuhhh banget... isinya keluarga2 lagi liburan. Nah itu lah pertama kali aku ngeh kalo ternyata: belum natalan aja Singapore udah penuh banget. Gimana kalo Natal sama Taon Baru nanti? Gak usah nunggu natalan, pas hari sabtu malamnya tgl 21 aja di depan Ngee Ann City udah macet manusia.
Wisata
Dua hari terakhir (Sabtu-Minggu) adalah waktunya berwisata. Karena aku dan Omla sudah pernah ke Singapore sebelumnya, jadi kami mengambil obyek wisata yang gak terlalu "mainstream" : Dome-dome-nya Garden by the Bay sama Singapore Science Centre. Sekalian di Science Centre lagi ada pameran Dinosaurus (Titans of the Past).
Komentar? Tiket masuknya emang pada mahal-mahal banget (untuk ukuran orang Indonesia yg tiket museumnya murah-murah). SGD25/orang untuk yang pameran Dino dan Science Centre, dan SGD28 untuk yang Flower Dome dan Cloud Forest-nya Garden by the Bay. Tapi puas banget sih emang...
Yang di Science Centre tu sampe kekurangan waktu. Display-nya tuh buanyak banget. Yang dewasa aja seneng, apalagi yang punya anak SD-SMP.
Yang Dinosaurus meskipun gak banyak banget displaynya, tapi robot dan display kerangka Dino-nya bagus dan didatangkan dari USA, tepatnya dari The Museum of Rockies, Montana. Jadi wajar kalo mahal. Banyak pengetahuan baru juga yang didapat. Seperti misalnya: ternyata ada dugaan bahwa T-Rex itu bukan predator, melainkan scavenger kayak Hyena, karena populasinya cukup tinggi. Terus dari susunan giginya: T-Rex anak-anak itu pemakan daging, sedangkan T-Rex dewasa itu bone-crusher. (pasti tulangnya dipresto dulu deh).
Selain Dinosaurus, pameran itu juga menampilkan hewan-hewan Zaman Es, kayak Mammoth alias gajah purba berbulu abon. Tapi tidak sekomplit yang dinosaurus.
Kalo Gardens by the Bay, sayang banget kami gak punya waktu seharian di sana.... Rasanya gak pengen keluar dari Dome, terutama yang Flower Dome. Udara di dalamnya enak banget, karena memang meniru iklim sub tropis pas lagi Spring. Tanamannya juga lucu-lucu, mungkin karena jarang lihat ya. Bener aja, begitu keluar dari Dome, ketemu dengan udara panas-nya Singapore. Langsung senep...
Untuk yang Cloud Forest, konstruksinya keren banget, ada air terjun buatannya, tapi aku sendiri gak terlalu menikmati karena ada bagian dimana kita harus jalan di deck yang "melayang". Ceritanya jalan di atas awan gitu. Aku melihat sedikit sekali tiang penyangga dan ga ada kabel penggantung. Goyang-goyang dong jadinya... apalagi ditambah dengan anak-anak kecil berlarian di atas deck itu.... Mungkin akan lebih menikmati kalo ke sananya pas gak musim liburan.
Hotel
Selama 7 malam di Singapore, aku menginap di 2 hotel yg berbeda. 6 malam pertama menginap di Carlton Hotel, karena masih di-cover biaya perjalanan dinas. Hotelnya biasa aja untuk kelas bintang 5, tapi lokasinya emang oke. Lokasinya di tempat yang gak terlalu rame, tapi dekat ke mall dan stasiun MRT. Menu sarapannya cukup lengkap tapi gak pernah ganti-ganti. Rasanya biasa aja sih, malah pilihan mentega roti-nya gak cocok buat aku. Tapi selama mereka punya yoghurt, buah, dan telur. Aman deh...
Hotel yang kedua adalah V Hotel Bencoolen. Ini bintang 3 1/2 atau 4 kecil. Kamarnya minimalis ukurannya, tapi fasilitasnya cukup lengkap. Dia ada 1 yang menang dibanding Carlton: Showernya pake selang, gak ditempel di tembok... jadi bisa buat cebokan kalo habis BAB!! hahahaha.... Untuk orang Endonesa, itu penting banget.
Soal lokasi, V Hotel ini sebenernya cukup ideal. Karena gak jauh dari stasiun MRT Bras Basah, tapi jalan di depannya lagi ditutup, karena ada pembangunan stasiun MRT Bencoolen (part of the new Downtown Line). Aku gak ngambil paket yg pake sarapan, tapi tenang sajah... di dekatnya ada Sevel (7-11) dan ada food court Kopi Tiam yang buka 24 jam. Jadi soal makanan sih terjamin.
Transportasi
Selama di sana, ya naiknya MRT doang. Kebetulan ga ada kesempatan naik bus. Tadinya berencana mau naik bus dari Science Centre ke tengah kota, tapi waktunya terbatas jadi balik naik MRT lagi. Naaa... pas hari terakhir di Singapore (22 Desember), kebetulan bertepatan dengan pembukaan Downtown Line tahap 1. Jadilah kami nyobain untuk naik jalur itu meskipun cuman 1 stasiun aja dari Promenade ke Bayfront. Keretanya baru masih bau cat.
Yah seperti halnya orang-orang Jakarta lainnya yang habis dari Singapore, ketika tiba waktunya untuk balik kampung, pastinya berat ninggalin keteraturan yang ada di sana (terus dibandingkan dengan riweuhnya Jakarta).
Kurang lebih begitulah summary-nya. Biasa aja kan.... tapi aku sih pengen ke sana lagi dalam waktu dekat ini. Siapa tauk bisa sekalian nonton musical atau yang lain... Keteraturan dan kemudahan yang ada di sana itu bisa jadi semacam refreshment setelah tiap hari berkutat di Jakarta yang riweuh. Yang mana mau keluar dari gang rumah sendiri aja mesti pake ribet.
1 comment:
pengen bulan madu ke Singapore, mudah2an kesampaian Hotel Singapore
Post a Comment